Nationalgeographic.grid.id—Sebuah studi penting baru-baru ini yang dipimpin oleh para ahli dari Departemen Fisika Universitas Oxford dan diterbitkan dalam jurnal Nature, mengungkap temuan yang mengejutkan mengenai upaya global untuk mencapai net zero.
Kelompok peneliti internasional yang mendalami ilmu di balik konsep net zero selama lebih dari 15 tahun, menemukan bahwa ketergantungan pada 'penyerap karbon alami' seperti hutan dan lautan sebagai solusi untuk mengimbangi emisi karbon dioksida (CO2) dari bahan bakar fosil, ternyata tidak akan efektif menghentikan pemanasan global.
Studi ini menjelaskan bahwa pendekatan saat ini yang mengandalkan penyerap karbon alami untuk mencapai net zero adalah keliru. Ilmu net zero yang telah dikembangkan sejak 15 tahun yang lalu, atau sekitar tahun 2009, tidak pernah memasukkan penyerap karbon alami dalam definisi emisi CO2 bersih akibat aktivitas manusia.
Sebaliknya, penyerap alami ini dianggap memainkan peran penting dalam memoderasi dampak emisi saat ini dan membantu menurunkan konsentrasi CO2 di atmosfer setelah dunia mencapai net zero, yang esensial untuk menstabilkan suhu global jangka panjang.
Namun, ironisnya, banyak pemerintah dan perusahaan kini justru semakin mengandalkan penyerap karbon alami ini sebagai jalan pintas untuk mengklaim telah mengurangi emisi, daripada mengambil langkah-langkah yang lebih substansial seperti mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara drastis atau mengembangkan teknologi pembuangan CO2 permanen yang lebih efektif.
Lebih jauh lagi, aturan akuntansi emisi yang berlaku saat ini memperparah masalah ini dengan menciptakan ilusi kesetaraan antara emisi bahan bakar fosil dengan penyerapan CO2 oleh penyerap karbon alami.
Akibatnya, sebuah negara atau perusahaan dapat terlihat seolah-olah telah 'mencapai net zero', padahal pada kenyataannya mereka masih terus berkontribusi pada pemanasan global yang berkelanjutan.
Seruan untuk lebih transparan
Menanggapi temuan ini, para peneliti studi tersebut mengeluarkan seruan mendesak kepada pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia untuk lebih transparan dan jujur tentang sejauh mana mereka mengandalkan penyerap karbon alami dalam upaya mencapai tujuan iklim yang telah ditetapkan.
Mereka juga menekankan perlunya transisi menuju apa yang disebut sebagai Geological Net Zero. Konsep Geological Net Zero ini didefinisikan sebagai keadaan di mana aliran karbon masuk dan keluar dari Bumi padat berada dalam keseimbangan.
Secara lebih konkret, ini berarti bahwa untuk setiap ton CO2 yang masih dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil yang berkelanjutan, satu ton CO2 harus dikomitmenkan untuk disimpan secara geologis dalam jangka panjang.
Baca Juga: Para Ilmuwan Yale Sukses Ubah Karbon Dioksida Menjadi Produk Berguna
Profesor Myles Allen, fisikawan terkemuka dari Universitas Oxford yang dikenal sebagai “the physicist behind net zero,” yang juga memimpin studi ini, menjelaskan bahwa mencapai Geological Net Zero akan memerlukan pengurangan yang sangat besar dalam penggunaan bahan bakar fosil global, mengingat biaya dan tantangan teknis yang terkait dengan penyimpanan CO2 geologis permanen.
“Kita sudah mengandalkan hutan dan lautan untuk menyerap emisi masa lalu kita, yang sebagian besar berasal dari pembakaran bahan yang kita gali dari tanah. Kita tidak bisa berharap mereka mengkompensasi emisi masa depan juga,” jelas Allen seperti dilansir laman ox.ac.uk.
"Pada pertengahan abad ini, setiap karbon yang masih keluar dari tanah harus dikembalikan ke bawah, ke penyimpanan permanen. Itulah Geological Net Zero."
Profesor Allen, yang juga merupakan pendiri inisiatif Oxford Net Zero, lebih lanjut menjelaskan, “Ini bukan target baru: ini adalah pengakuan atas apa yang sebenarnya kita maksud dengan emisi bersih nol pada akhir tahun 2000-an. Ketika tantangan iklim mulai terasa, secara alami ada tekanan untuk melunakkannya. Universitas seperti Oxford berada di posisi unik untuk memastikan hal itu tidak terjadi.”
Tim peneliti juga menekankan pentingnya melindungi dan memelihara penyerap karbon alami yang ada, namun menegaskan bahwa upaya ini tidak dapat dijadikan justifikasi untuk terus menggunakan bahan bakar fosil dalam jangka panjang.
Mereka menjelaskan bahwa total emisi CO2 historis suatu negara atau perusahaan adalah faktor utama yang menentukan besarnya kontribusi mereka terhadap kebutuhan global akan penyerap karbon alami yang berkelanjutan.
Negara-negara dengan emisi historis yang tinggi dan sumber daya penyerap alami yang terbatas, seperti Inggris, secara implisit telah membebankan tanggung jawab kepada negara lain untuk memelihara penyerap alami dalam beberapa dekade mendatang, bahkan setelah Inggris mencapai net zero.Sayangnya, isu penting ini saat ini belum dibahas secara memadai dalam perundingan iklim internasional.
Untuk mengatasi masalah ini, Profesor Allen berseru, “Kita sekarang perlu mendokumentasikan skala masalah ini dengan memisahkan peran penyerapan pasif dalam target nasional, Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional, dan pasar karbon.”
“Bersamaan dengan mengarah pada Geological Net Zero, kita perlu mengidentifikasi mekanisme lain selain pengimbangan karbon untuk menyalurkan sumber daya ke perlindungan penyerap karbon pasif,” pungkasnya.