Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa tindakan bertanya ini saja dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mempertimbangkan untuk berdonasi, dan bahkan dapat menggandakan tingkat donasi yang diberikan.
Selain itu, kesadaran akan pentingnya berdonasi untuk tujuan-tujuan yang memiliki dampak paling besar juga seringkali tidak cukup untuk mendorong aksi nyata.
Banyak orang menyadari bahwa mereka seharusnya berdonasi secara efektif, namun fakta dan angka seringkali kurang menggugah dibandingkan dengan kekuatan sebuah narasi personal.
Serangkaian eksperimen menemukan bahwa orang jauh lebih responsif terhadap permohonan amal yang menyoroti kisah satu penerima manfaat yang dapat diidentifikasi, dibandingkan dengan penyajian informasi statistik mengenai skala masalah yang ingin diatasi.
Penelitian lebih lanjut juga mengindikasikan bahwa iklan yang menekankan efektivitas badan amal yang telah terbukti tidak secara signifikan meningkatkan pemberian.
Bahkan, bukti lain menunjukkan bahwa informasi semacam ini justru dapat memiliki efek yang berlawanan dengan yang diharapkan. Singkatnya, dalam konteks pemberian amal, keputusan kita seringkali lebih didorong oleh emosi ("hati") daripada logika ("akal").
Kekuatan pengaruh sosial dan psikologis dalam aksi beramal
Salah satu pelajaran penting dari berbagai penelitian di bidang ini adalah bahwa pemberian amal pada dasarnya adalah sebuah tindakan sosial.
Sebuah studi menyoroti betapa kuatnya pengaruh hubungan personal; orang memberikan sumbangan yang signifikan lebih banyak ke universitas mereka jika yang menghubungi dan meminta sumbangan adalah mantan teman sekamar mereka.
Lebih lanjut, peneliti menemukan bahwa ketika calon donatur di platform JustGiving melihat bahwa donatur sebelumnya telah memberikan sumbangan dalam jumlah besar, mereka sendiri cenderung memberikan donasi yang lebih besar pula.
Pengaruh tidak hanya datang dari teman dan keluarga. Donatur untuk badan amal pembangunan internasional lebih mungkin merespons secara positif terhadap kampanye pendanaan yang sesuai jika mereka mengetahui bahwa pendanaan tersebut berasal dari Yayasan Bill dan Melinda Gates dibandingkan jika sumber pendanaannya anonim.
Baca Juga: Selidik Sains: Benarkah Hewan Juga Mengalami Penyakit Mental?