Zakat: Bagaimana Sains Menelaah Alasan Seseorang Melakukan Donasi?

By Ade S, Jumat, 14 Maret 2025 | 18:03 WIB
Ilustrasi zakat. (Freepik.com)

Nationalgeographic.grid.id—Di bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia berbondong-bondong menunaikan zakat fitrah, sebuah kewajiban yang sarat makna.

Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya, apa sebenarnya yang mendorong seseorang untuk berdonasi, baik itu zakat fitrah maupun bentuk donasi lainnya? Apakah semata-mata karena kewajiban agama, dorongan altruistik, ataukah ada faktor-faktor lain yang lebih kompleks yang memengaruhi keputusan tersebut?

Sains, khususnya ilmu perilaku, mencoba mengurai misteri di balik tindakan mulia ini. Melalui berbagai penelitian dan eksperimen, para ilmuwan berusaha mengungkap alasan-alasan psikologis, sosial, dan ekonomi yang mendasari perilaku berdonasi.

Mengapa kita beramal dan kendala yang dihadapi

Penelitian telah mendalami berbagai alasan yang mendorong orang untuk berdonasi, sekaligus mencari tahu mengapa frekuensi dan jumlah donasi seringkali tidak sesuai dengan harapan awal. Upaya untuk menjembatani kesenjangan antara niat dan tindakan dalam beramal ini telah menghasilkan pemahaman yang lebih.

Motivasi di balik pemberian amal dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok besar. Pertama, ada motivasi yang bersifat altruistik murni, di mana seseorang berdonasi karena mereka benar-benar menghargai dampak positif yang dihasilkan oleh organisasi amal bagi masyarakat.

Kedua, terdapat motivasi yang "tidak sepenuhnya" altruistik. Dalam kategori ini, individu berdonasi karena mereka mendapatkan kepuasan atau nilai pribadi dari mengetahui bahwa mereka telah berkontribusi pada kebaikan sosial yang diperjuangkan oleh badan amal.

Terakhir, ada pula motivasi yang sama sekali tidak altruistik. Motivasi ini mendorong seseorang untuk berdonasi semata-mata untuk pamer kekayaan di hadapan orang lain, mungkin dengan harapan menarik perhatian calon pasangan.

Namun, pertanyaan yang muncul adalah, apakah motif-motif ini cukup kuat untuk mendorong orang untuk berdonasi sebanyak yang sebenarnya mereka niatkan? Meskipun dukungan terhadap badan amal tersebar luas dalam masyarakat, seringkali kita mendapati diri kita tidak berdonasi sesering yang kita bayangkan.

Sebagai contoh, banyak orang memiliki niat untuk menyertakan sumbangan amal dalam surat wasiat mereka, namun niat tersebut seringkali terlupakan begitu saja ketika saatnya tiba untuk membuat keputusan akhir.

Seperti dilansir laman The Guardian, sebuah riset menunjukkan bahwa sebuah tindakan sederhana, seperti bertanya langsung kepada seseorang apakah mereka ingin berdonasi, dapat memiliki dampak signifikan.

Baca Juga: Tips Sehat Sains: Cara Tidur Cukup Selama Bulan Puasa Menurut Dokter

Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa tindakan bertanya ini saja dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mempertimbangkan untuk berdonasi, dan bahkan dapat menggandakan tingkat donasi yang diberikan.

Selain itu, kesadaran akan pentingnya berdonasi untuk tujuan-tujuan yang memiliki dampak paling besar juga seringkali tidak cukup untuk mendorong aksi nyata.

Banyak orang menyadari bahwa mereka seharusnya berdonasi secara efektif, namun fakta dan angka seringkali kurang menggugah dibandingkan dengan kekuatan sebuah narasi personal.

Serangkaian eksperimen menemukan bahwa orang jauh lebih responsif terhadap permohonan amal yang menyoroti kisah satu penerima manfaat yang dapat diidentifikasi, dibandingkan dengan penyajian informasi statistik mengenai skala masalah yang ingin diatasi.

Penelitian lebih lanjut juga mengindikasikan bahwa iklan yang menekankan efektivitas badan amal yang telah terbukti tidak secara signifikan meningkatkan pemberian.

Bahkan, bukti lain menunjukkan bahwa informasi semacam ini justru dapat memiliki efek yang berlawanan dengan yang diharapkan. Singkatnya, dalam konteks pemberian amal, keputusan kita seringkali lebih didorong oleh emosi ("hati") daripada logika ("akal").

Kekuatan pengaruh sosial dan psikologis dalam aksi beramal

Salah satu pelajaran penting dari berbagai penelitian di bidang ini adalah bahwa pemberian amal pada dasarnya adalah sebuah tindakan sosial.

Sebuah studi menyoroti betapa kuatnya pengaruh hubungan personal; orang memberikan sumbangan yang signifikan lebih banyak ke universitas mereka jika yang menghubungi dan meminta sumbangan adalah mantan teman sekamar mereka.

Lebih lanjut, peneliti menemukan bahwa ketika calon donatur di platform JustGiving melihat bahwa donatur sebelumnya telah memberikan sumbangan dalam jumlah besar, mereka sendiri cenderung memberikan donasi yang lebih besar pula.

Pengaruh tidak hanya datang dari teman dan keluarga. Donatur untuk badan amal pembangunan internasional lebih mungkin merespons secara positif terhadap kampanye pendanaan yang sesuai jika mereka mengetahui bahwa pendanaan tersebut berasal dari Yayasan Bill dan Melinda Gates dibandingkan jika sumber pendanaannya anonim.

Baca Juga: Selidik Sains: Benarkah Hewan Juga Mengalami Penyakit Mental?

Dalam penelitian yang dilakukan bersama perusahaan besar dan Marie Curie, terungkap bahwa dukungan dari selebriti dapat meningkatkan donasi ke badan amal, dan efek ini dapat terjadi dengan cepat. Namun, menariknya, efek ini tampaknya terutama efektif bagi mereka yang sebelumnya sudah pernah berdonasi ke badan amal tersebut.

Kabar baiknya adalah sifat "menular" dari pemberian amal. Melihat orang lain berdonasi meningkatkan kemungkinan seseorang untuk ikut berdonasi.

Dorongan lembut dari tokoh-tokoh terkemuka dalam kehidupan seseorang juga dapat membuat perbedaan besar dalam keputusan untuk berdonasi – bahkan lebih dari empat kali lipat menurut penelitian terbaru.

Kebiasaan juga memainkan peran penting; dalam tiga eksperimen terkini, individu yang sebelumnya pernah menjadi sukarelawan lebih mungkin untuk menyumbangkan waktu mereka kembali dibandingkan dengan mereka yang belum pernah melakukannya.

Secara ringkas, ilmu perilaku telah mengidentifikasi beragam faktor yang memengaruhi keputusan kita untuk berdonasi, dan pemahaman ini dapat membantu kita untuk terus berdonasi dalam jangka panjang. Ini adalah berita baik tidak hanya bagi badan amal, tetapi juga bagi para donatur itu sendiri.

Penelitian telah menunjukkan bahwa menghabiskan uang untuk orang lain justru membuat kita lebih bahagia daripada menghabiskannya untuk diri sendiri, dan memberi kepada orang lain bahkan dapat meningkatkan kesehatan kita.

Jadi, tidak ada alasan untuk menunda berbuat baik, bukan