Sustainability: Indonesia Wajib Tiru, Potensi PLTA Ini Melesat Lewat Restorasi Ekologis

By Ade S, Sabtu, 19 April 2025 | 08:03 WIB
Lembah Huang He (Sungai Kuning) merupakan tempat lahirnya Peradaban Tiongkok. Sungai Kuning merupakan sungai terbesar kedua di Tiongkok dan salah satu sistem sungai terpanjang di dunia.
Lembah Huang He (Sungai Kuning) merupakan tempat lahirnya Peradaban Tiongkok. Sungai Kuning merupakan sungai terbesar kedua di Tiongkok dan salah satu sistem sungai terpanjang di dunia. (VIEW STOCK VIA NATIONAL GEOGRAPHIC)

Nationalgeographic.co.id—Inisiatif restorasi ekologis (Ecological restoration/ER) skala besar yang diterapkan di sepanjang Sungai Kuning, Tiongkok, telah terbukti secara signifikan meningkatkan potensi pembangkit listrik tenaga air sekaligus memperpanjang masa pakai waduk, terutama Waduk Xiaolangdi.

Studi terbaru mengungkapkan bahwa strategi ER menjadi kunci dalam mengatasi masalah sedimentasi yang selama ini menghambat efisiensi operasional dan masa pakai waduk tersebut.

Pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan salah satu sumber energi terbarukan paling menjanjikan dan menyumbang sekitar 14% dari total kapasitas daya terpasang global pada akhir tahun 2023, kini menghadapi tantangan serius berupa sedimentasi waduk yang dapat mengurangi efisiensi produksi energi.

Sedimentasi waduk secara global menyebabkan hilangnya kapasitas penyimpanan antara 0,5% hingga 1% setiap tahunnya akibat akumulasi sedimen yang terperangkap.

Masalah ini semakin mendesak seiring dengan perubahan iklim dan aktivitas manusia, di mana Sungai Kuning menjadi salah satu sungai yang paling terdampak karena tingginya beban sedimen historisnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini secara berkelanjutan, studi tersebut meneliti perubahan eko-hidrologi yang dihasilkan dari tindakan ER yang diterapkan sejak tahun 1999, termasuk program penghijauan dan pembangunan bendungan penahan sedimen sebagai bagian dari Program Grain-for-Green Tiongkok.

Upaya-upaya ini, seperti dilansir laman The Pinnacle Gazette, terbukti efektif dalam meningkatkan tutupan vegetasi dan secara signifikan mengurangi aliran sedimen menuju waduk.

Melalui pemodelan eko-hidrologi dan regulasi waduk selama hampir dua dekade (2000–2019), para peneliti berhasil mengevaluasi perbedaan antara skenario dengan implementasi ER dan skenario tanpa ER.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk Waduk Xiaolangdi, produksi energi mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai sekitar 57,3% atau setara dengan sekitar 100 miliar kWh selama periode penelitian.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kapasitas penyimpanan sedimen yang diperpanjang berkat upaya restorasi, meskipun produksi energi rata-rata menunjukkan sedikit penurunan sebesar 6,9%.

Dengan kapasitas desainnya, Waduk Xiaolangdi diperkirakan mampu menghasilkan sekitar 2,7 × 10¹¹ kWh energi sebelum menghadapi masalah inefisiensi akibat penumpukan sedimen.

Baca Juga: Sustainability: Pengertian Pembangunan Berkelanjutan, Bukan Sekadar Lingkungan