Nationalgeographic.co.id—Para arkeolog telah berhasil mengungkap sebuah kaitan historis yang menarik antara ketidaksetaraan dalam masyarakat dan keberlanjutan (sustainability) permukiman manusia selama 10 milenium terakhir.
Sebuah studi komprehensif yang dipimpin oleh Profesor Dan Lawrence dari Durham University di Inggris menganalisis data dari berbagai situs arkeologi di seluruh dunia dan menemukan bahwa distribusi kekayaan yang lebih tidak merata, yang diukur melalui perbedaan ukuran rumah, berkorelasi dengan permukiman manusia yang cenderung bertahan lebih lama.
Meskipun demikian, tim peneliti dengan tegas menyatakan bahwa korelasi ini tidak mengimplikasikan hubungan sebab akibat, sehingga memberikan harapan bahwa kelangsungan hidup umat manusia tidak harus bergantung pada peningkatan ketidaksetaraan yang berkelanjutan.
Penelitian yang bertajuk "Housing inequality and settlement persistence are associated across the archaeological record" ini menjadi bagian penting dari Fitur Khusus dalam jurnal terkemuka Proceedings of the National Academy of Sciences, yang secara keseluruhan bertajuk "Global Dynamics of Wealth Inequality."
Korelasi Historis antara Ketidaksetaraan dan Keberlanjutan Permukiman
Studi ini secara khusus menyelidiki hubungan antara dua aspek krusial dari definisi keberlanjutan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri: kesinambungan dan kesetaraan.
Untuk melakukan analisis mendalam ini, tim peneliti mengumpulkan dan menganalisis data mengenai ukuran rumah dari berbagai belahan dunia yang mencakup periode waktu yang sangat panjang, yakni 10.000 tahun terakhir.
Mereka berhasil mengumpulkan catatan dari lebih dari 47.500 rumah yang tersebar di lebih dari 2.990 situs arkeologi yang berbeda.
Perbedaan dalam ukuran rumah ini kemudian digunakan sebagai indikator atau ukuran ketidaksetaraan dalam masyarakat selama berbagai periode waktu yang berbeda.
Data mengenai ketidaksetaraan ini kemudian dianalisis secara bersamaan dengan informasi mengenai durasi hunian, yang secara sederhana mengacu pada berapa lama orang tinggal di suatu permukiman sebelum akhirnya ditinggalkan.
Temuan utama dari penelitian ini mengungkapkan adanya korelasi yang signifikan antara kedua ukuran tersebut, di mana permukiman yang menunjukkan tingkat ketidaksetaraan yang lebih tinggi, yang diukur melalui variasi ukuran rumah, cenderung memiliki masa hidup atau durasi hunian yang lebih lama.
Baca Juga: Sustainability: Milenial Ingin Jadi Konsumen Hijau, tapi Mengapa Sulit Dilakukan?
KOMENTAR