Kampanye kesehatan masyarakat “Empat Hama” yang ambisius ini memang berhasil memberantas dan mengurangi ruang lingkup banyak penyakit menular. Namun, keberhasilan ini juga diikuti oleh kerugian yang sangat besar, di mana “1 miliar burung gereja, 1,5 miliar tikus, 100 juta kilogram lalat, dan 11 juta kilogram nyamuk” musnah sepenuhnya.
Kampanye ini berjalan terlalu baik, bahkan melampaui perkiraan.
Peran penting burung gereja dalam menjaga keseimbangan ekologi tidak disadari, yang kemudian mengakibatkan bencana lingkungan yang tak terkendali. Tanpa adanya burung gereja yang memangsa mereka, belalang datang berkerumun dan melahap ladang-ladang gandum. Dampak bencana ini semakin diperparah oleh teknik pertanian baru yang baru saja diterapkan melalui Great Leap Forward.
Kematian massal burung gereja dan hilangnya panen di seluruh negeri menyebabkan kelaparan yang meluas dan kematian yang diperkirakan mencapai 20 hingga 30 juta orang antara tahun 1958 dan 1962.
Sebuah artikel tahun 1984 tentang kelaparan massal menggambarkan situasi ini dengan singkat, menyatakan bahwa “Tiongkok menderita krisis demografi dengan proporsi yang sangat besar”.
Meskipun "Four Pests Campaign" sangat berhasil dalam mencapai tujuan utamanya, yaitu pemberantasan hama, salah satu kampanye kesehatan masyarakat paling sukses dalam sejarah – dalam hal menetapkan tujuan dan mencapainya dengan jelas – harus dibayar dengan harga yang sangat mahal bagi rakyat Tiongkok, baik secara ekologis maupun demografis.
Sebuah pelajaran pahit dipetik: keseimbangan predator dan mangsa yang tak terlihat tidak boleh diabaikan, karena alam akan menciptakan keseimbangan baru dengan konsekuensi yang mungkin merugikan.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News: https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!