Sustainability: Mengapa Dunia Butuh 'Bioekonomi Sirkular'? Benarkah Demi Lapangan Kerja?

By Ade S, Selasa, 13 Mei 2025 | 14:03 WIB
Ilustrasi bioekonomi sirkular.
Ilustrasi bioekonomi sirkular. (Freepik.com)

Ambil contoh kayu, material biologis paling serbaguna di bumi. Kini bisa diubah menjadi material revolusioner baru bernama nanoselulosa: lima kali lebih kuat dari baja tetapi juga lima kali lebih ringan. Mobil pertama yang terbuat dari nanoselulosa diperkenalkan tahun lalu di Jepang.

Generasi baru tekstil berbasis kayu yang berkelanjutan dan sirkular dengan jejak karbon lima kali lebih rendah daripada serat plastik seperti poliester juga kini memungkinkan. Produk kayu rekayasa, seperti Cross Laminated Timber (CLT), adalah cara paling efektif mereduksi jejak karbon sektor konstruksi yang saat ini didominasi oleh dua material berintensitas karbon dan sumber daya tinggi: beton dan baja.

Meskipun terbarukan, penting untuk diingat bahwa sumber daya biologis tidaklah tak terbatas. Oleh karena itu, penting untuk memastikan sistem kehutanan atau bahan baku lainnya bersifat berkelanjutan, regeneratif, dan sirkular.

Kita perlu mengembangkan model bisnis dan merancang produk serta layanan dengan cara baru untuk memisahkan kemakmuran bisnis dari sekadar konsumsi produk. Ini juga berarti membuat produk yang mudah digunakan kembali dan didaur ulang, meminimalkan limbah, dan memaksimalkan nilainya sepanjang siklus hidupnya.

Peluang untuk Kesejahteraan Inklusif dan Lapangan Kerja

Salah satu tantangan sosial terpenting abad ini adalah mengatasi ketidaksetaraan dan menciptakan kemakmuran yang inklusif, termasuk penyediaan lapangan kerja dan pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan dan wilayah yang selama ini 'tertinggal'.

Cara sumber daya biologis dimiliki dan didistribusikan, bahkan 'kesulitan' yang terkait dengan mobilisasi, transportasi, dan pemrosesannya, justru menawarkan potensi peluang besar untuk ini. Sumber daya hutan di Eropa adalah contoh yang baik: menutupi lebih dari 40% lahan dan dimiliki oleh sekitar 16 juta pemilik hutan.

Sektor berbasis hutan saat ini menaungi sekitar 400.000 perusahaan, mayoritas adalah usaha kecil, dan menyediakan lebih dari 3 juta pekerjaan. Ini adalah infrastruktur sosio-ekologis yang sangat berharga yang perlu diakui dan dipelihara.

Memang benar, memobilisasi, mengangkut, dan memproses sumber daya fosil seperti minyak jauh lebih mudah daripada memproduksi, mengelola (selama 100 tahun), mengangkut, dan memproses kayu.

Namun, 'kesulitan' ini justru menjadi kekuatannya: mendistribusikan kekayaan, pekerjaan, dan infrastruktur, memastikan kita memiliki modal manusia yang siap menjaga modal alam kita. Bioekonomi sirkular menawarkan jalur yang kuat untuk mencapai kemakmuran yang merata bagi semua.

---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News   https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.