Punya Piramida Lebih Banyak daripada Mesir, Mengapa Sudan Jarang Dikunjungi?

By Utomo Priyambodo, Kamis, 15 Mei 2025 | 16:00 WIB
Sudan adalah negara dengan jumlah piramida terbanyak di dunia. Sejumlah piramida yang menyimpan rahasia kuno dibangun dua milenium lalu mengelilingi Meroe, Sudan.
Sudan adalah negara dengan jumlah piramida terbanyak di dunia. Sejumlah piramida yang menyimpan rahasia kuno dibangun dua milenium lalu mengelilingi Meroe, Sudan. (Andrew Mcconnell/Panos Pictures/National Geographic Traveler)

Nationalgeographic.co.id—Meksi piramida identik dengan Mesir, koleksi piramida terbesar di dunia sebenarnya dimiliki oleh negara lain, yakni Sudan. Sayangnya, negara ini kalah populer dan jauh lebih jarang dikunjungi oleh para wisatawan. Mengapa demikian?

Dengan sekitar 220 hingga 255 piramida berdiri di dalam wilayahnya, Sudan berada di puncak daftar negara dengan jumlah piramida terbanyak di dunia. Berbatasan dengan Mesir, negara Afrika itu dengan mudah melampaui jumlah piramida negara tetangganya, yang masih menjadi bahan perdebatan tetapi kemungkinan besar jumlahnya sekitar 118.

Hal yang membuat Sudan kalah pamor dari Mesir dalam hal piramida adalah ukuran piramida. Meski jumlahnya lebih banyak, piramida di Sudan punya ukuran yang relatif lebih kecil daripada piramida yang ditemukan di Mesir.

Piramida Sudan dibangun oleh para penguasa Kerajaan Kush kuno. Muncul sebagai kekuatan besar pada abad kedelapan SM di wilayah Nubia – yang membentang dari Aswan di Mesir hingga Khartoum di Sudan – bangsa Kush bahkan pernah menguasai Mesir kuno selama dinasti ke-25, menghasilkan garis keturunan raja yang dikenal sebagai Firaun Hitam.

Raja ang pertama adalah Piye. Dia berhasil menyerbu Mesir untuk memulai dinasti baru pada sekitar tahun 770 SM, memerintah dari ibu kota Kush di Napata.

Terinspirasi dari makam mewah firaun sebelumnya, Piye menuntut agar ia dimakamkan dengan cara yang sama, dan menjadi anggota kerajaan pertama yang diperingati dengan piramida di pekuburan kuno El-Kurru di Sudan.

Setelah bangsa Kush kehilangan kendali atas Mesir, mereka mundur kembali ke sudut Nubia, dan akhirnya mendirikan ibu kota baru di Meroe. Di sinilah sebagian besar piramida Nubia dapat ditemukan, dengan sekitar 200 monumen runcing telah didirikan di pekuburan kota kuno tersebut sejak abad ketiga SM dan seterusnya. Di antaranya adalah makam 41 bangsawan Kush.

Seiring berkembangnya Meroe, Kerajaan Kush terus makmur. Kemakmuran di Meroe terus berlangsung setidaknya hingga abad keempat M, ketika akhirnya kota itu ditinggalkan setelah konflik dengan tentara Romawi dan Kerajaan Aksum yang bertetangga.

Butuh waktu hingga tahun 1830-an bagi kota peradaban yang dulunya hebat ini untuk ditemukan kembali oleh para arkeolog. Peninggalan artefak Meroe ditemukan oleh perampok makam terkenal Giuseppe Ferlini.

Sayangnya, Ferlini yang tidak bermoral tidak menunjukkan rasa hormat terhadap piramida Nubia. Dia menjarah piramida-piramida tersebut, menyebabkan kerusakan yang sangat besar dan meninggalkan banyak bangunan kuno dalam keadaan rusak.

Saat ini, meski beberapa piramida Meroe telah dipugar, sebagian besar monumen itu terus runtuh tak terselamatkan.

Baca Juga: Mungkinkah Gerhana Matahari Penyebab Mesir Kuno Berhenti Membangun Piramida?

Empat puluh generasi bangsawan Kush dimakamkan di piramida Kota Meroe, ibu kota Kekaisaran atau Kerajaan Kush di Sudan. (Wikimedia Commons)

Hancurnya piramida di Meroe kian diperburuk oleh beberapa perang saudara Sudan baru-baru ini. Konflik internal yang terus berlangsung sejak tahun 1950-an itu menjadi hambatan utama bagi pariwisata dan pendanaan yang dibawanya untuk bidang arkeologi.

Kondisi tak terurusnya piramida di sana dan rawannya kondisi keamanan setempat menjadi persoalan besar. Penyebab-penyebab inilah yang membuat Sudan sepi pengunjung dan wisatawan hingga sekarang.

Jadi sementara piramida Mesir telah menerima jutaan pengunjung setiap tahun dan mengambil tempat yang selayaknya di antara keajaiban kuno yang paling dihargai dan dilindungi di dunia, piramida Sudan justru terus diabaikan dan ditelantarkan. Tak ada upaya pelestarian dan perbaikan keamanan makin menjauhkan negara ini dari wisatawan.

---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News   https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.