Burung Purba Seukuran Elang Ini Pernah Bikin Dinosaurus 'Ketakutan', Mengapa?

By Tatik Ariyani, Sabtu, 24 Mei 2025 | 17:00 WIB
Avisaurus darwini
Avisaurus darwini ()

Nationalgeographic.co.id—68 juta tahun yang lalu, beberapa dinosaurus yang paling terkenal di Bumi, termasuk Tyrannosaurus rex dan Triceratops, pernah tinggal di wilayah yang sekarang Amerika Serikat bagian barat.

Namun, kedua dinosaurus tersebut bukan satu-satunya jenis hewan yang hidup di wilayah tersebut. Ada hewan lain yang hidup bersama mereka dan bahkan menjadikan anak dinosaurus sebagai mangsa mereka.

Hewan yang hidup berdampingan dengan dinosaurus tersebut adalah dua spesies burung yang baru dideskripsikan yang disebut Avisaurus darwini dan Magnusavis ekalakaenis.

Burung-burung purba ini berukuran seperti elang dan memiliki kaki yang cukup kuat untuk menangkap dan membawa mangsa, bahkan dinosaurus kecil mungkin termasuk mangsa mereka.

Spesies baru ini dideskripsikan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada pada Oktober 2024 di jurnal PLOS One.

Salah satu penulis studi, Alex Clark, mengatakan, "Berdasarkan petunjuk pada tulang kaki mereka, kami menduga burung-burung ini mampu menangkap dan membawa mangsa, mirip dengan apa yang dilakukan elang atau burung hantu modern."

Ia menambahkan, "Meskipun mereka mungkin bukan burung pemangsa pertama yang berevolusi, fosil mereka merupakan contoh burung predator paling awal yang diketahui."

Dilansir laman Popular Science, ketiga fosil dalam studi baru ini ditemukan di Hell Creek Formation. Daerah yang kaya akan fosil di Montana, North Dakota, dan South Dakota tersebut terbentuk oleh sungai-sungai purba yang mengalir dari Pegunungan Rocky ke jalur laut pedalaman yang besar.

Daerah ini merupakan rumah bagi T. rex, triceratops, Ankylosaurus yang kekar dan ganas, dan masih banyak lagi sebelum sebagian besar dinosaurus punah sekitar 68 juta tahun yang lalu.

Temuan tulang kaki burung predator

Fosil-fosil itu tidak langsung terlihat sebagai sesuatu yang istimewa ketika Clark pertama kali melihatnya. Ketiganya hanyalah bagian dari tulang kaki tempat jari-jari kaki menempel yang disebut tarsometatarsus. 

Baca Juga: Awal Penemuan Dinosaurus: Kapan Manusia Pertama Kali Menyadarinya?

Fosil-fosil itu juga ditemukan terpisah, tanpa bagian tubuh lain seperti cakar atau tengkorak.

Meskipun tulang-tulang itu cukup besar untuk tarsometatarsus burung, ukurannya masih hanya sebesar ibu jari manusia dewasa. Namun, tulang-tulang ini menyimpan banyak sekali data yang sangat berguna bagi tim tersebut.

"Setiap sudut, celah, dan tonjolan yang muncul pada tulang dapat memberi tahu kita tentang tempat melekatnya otot atau tendon dan seberapa besar ukurannya," kata Clark. 

Ada tonjolan yang sangat mencolok pada tulang-tulang ini, sebuah titik perlekatan otot yang disebut tuberkel. Ukuran tuberkel ini lebih besar dan letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan burung pada umumnya.

"Ketika kita melihat tuberkel sebesar dan letaknya serendah ini pada burung modern, biasanya itu ada pada burung pemangsa seperti burung hantu dan elang," kata Clark. "Itu karena saat mereka berburu dan menangkap mangsa dengan kakinya, mereka mengangkat beban yang relatif berat dan menahannya dekat dengan tubuh agar tetap seefisien mungkin secara aerodinamis. Tulang pergelangan kaki fosil ini tampaknya dirancang untuk melakukan hal yang serupa."

Dalam penelitian tersebut, Clark dan timnya melakukan beberapa analisis biomekanik dengan membandingkan tulang kaki fosil dengan tulang kaki berbagai burung modern. Menurut Clark, otot-otot tulang dan pergelangan kaki bekerja sama seperti tuas.

Membandingkan seberapa jauh otot menempel pada tulang dapat memberi para ilmuwan gambaran yang kuat tentang seberapa kuat tulang itu dan bagaimana ia bergerak. Analisis tersebut mengungkapkan bahwa kaki ini cukup kuat bagi burung-burung ini untuk mengangkat mamalia kecil dan mungkin bayi dinosaurus.

Dari tiga tulang kaki, tim tersebut mendeskripsikan dua spesies baru yang lebih besar daripada burung lain yang diketahui dari Zaman Kapur Akhir. Avisaurus darwini dinamai menurut Charles Darwin yang diperkirakan memiliki berat lebih dari 2,2 pon. 

Sementara Magnusavis ekalakaenis dinamai untuk menghormati Ekalaka, Montana, tempat fosil tersebut pertama kali ditemukan.

Ada kemungkinan bahwa tulang ketiga mungkin milik spesies lain, tetapi sudah sangat rusak dan membuatnya sulit untuk dibedakan. 

Semua burung ini adalah anggota kelompok yang disebut Avisauridae. Mereka juga termasuk dalam kelompok burung yang lebih besar yang disebut enantiornithines. Mereka berasal dari Periode Cretaceous dan punah bersama sebagian besar dinosaurus lainnya ketika sebuah asteroid menghantam Bumi (di dekat Meksiko) sekitar 68 juta tahun yang lalu.

“Penemuan ini secara efektif telah menggandakan jumlah spesies burung yang diketahui dari Hell Creek Formation dan akan sangat penting untuk membantu kita lebih memahami mengapa hanya beberapa burung yang selamat dari kepunahan massal yang memusnahkan T. rex dan avisaurida yang dijelaskan di sini,” kata Jingmai O'Connor, salah satu penulis studi dan kurator asosiasi reptil fosil di Field Museum di Chicago.

---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News   https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.