Tindakan Terorisme Pertama Dalam Penjara: Apa Saja Penyebabnya?

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 14 Mei 2018 | 11:49 WIB
Sejumlah petugas berjaga pasca kerusuhan di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5/2018). (Maulana Mahardhika)

Penulis: Ika Krismantari/The Conversation

Kembali terjadi aksi terorisme, Selasa lalu, di Indonesia. Namun, kali ini, aksi teror tersebut terjadi di dalam penjara dengan pengamanan maksimum di Markas Komando Brigade Mobil (MAKO Brimob) di Depok, Jawa Barat.

Lebih dari 150 narapidana teroris bertindak rusuh menyusul protes mereka terhadap perlakuan keamanan di penjara yang dijaga pasukan anti-teror. Dalam kegentingan yang berlangsung 36 jam, narapidana teroris mengambil lusinan senjata api dan membunuh lima polisi dengan cara menggorok leher mereka. Seorang narapidana teroris juga terbunuh dalam kerusuhan tersebut.

Video dan foto yang tidak terkonfirmasi berseliweran di media sosial. Kantor berita Amaq yang terhubung dengan Islamic State (IS), mengklaim bahwa IS berada di balik penyerangan tersebut. Dari 155 narapidana teroris di penjara tersebut, setidaknya sepuluh adalah pendukung IS.

Banyak yang berpikir bahwa tindakan teroris yang baru bisa dikendalikan pada Kamis lalu itu adalah baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Kami bicara dengan dua ahli untuk memahami penyebab di balik tindakan brutal ini dan bagaimana Indonesia dapat mencegah serangan yang mirip berulang.

Manajemen penjara yang buruk

Leopold Sudaryono dari Australian National University berpendapat bahwa manajemen penjara yang buruk menyulut kejadian tersebut.

“Ini adalah puncak bongkahan es dari kegagalan pemerintah mengelola fasilitas penjara,” kata kandidat doktor yang sedang menulis disertasi mengenai manajemen penjara di enam provinsi di Indonesia.

Banyak masalah dalam penjara-penjara Indonesia mulai dari fasilitas yang buruk, korupsi, dan terlalu sesaknya sel-sel penjara.

Riset Leopold menemukan bahwa makanan yang diberikan kepada para narapidana di penjara jauh dari layak.

“Mereka menyebutnya "Nasi Cadong”, isinya hanya nasi, sayuran, dan kadang-kadang satu lauk. Makanan tersebut harganya sekitar Rp15.000, sementara anggaran aslinya ditetapkan Rp40.000,“ ujarnya.ktor

Kerusuhan pecah sesudah seorang tahanan marah ketika seorang penjaga menolak mengirimkan makanan yang dititipkan oleh keluarga, menurut laporan media.