Tidak Terprediksi, Tetapi Jakarta Perlu Waspada Gempa Sunda Megathrust

By Gregorius Bhisma Adinaya, Rabu, 8 Agustus 2018 | 13:16 WIB
Seismograf mencatat besaran gempa. (Petrovich9/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Indonesia kembali berduka ketika gempa besar terjadi di Lombok pada tanggal 29 Juli dan 5 Agustus lalu. Gempa dengan kekuatan mencapai 7 SR ini diikuti dengan ratusan gempa susulan. Lebih buruk lagi, kejadian ini menelan banyak korban jiwa.

Gempa besar ini kemudian kembali mengingatkan banyak orang mengenai peristiwa serupa di Aceh pada tahun 2004 dan Padang pada tahun 2009. Walaupun peristiwa ini menyisakan duka mendalam, namun peristiwa berguncangnya daratan ini adalah fenomena yang wajar. Letak Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia—Eurasia, Indoaustralia, dan Pasifik—membuat kita harus waspada dengan gempa.

Baca juga: Apa yang Sebenarnya Terjadi Bila Kita Meminum Obat Dengan Teh?

Dikutip dari BBC pada Rabu (8/8/2018), Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dr. Daryono, mengatakan bahwa ada sekitar enam tumbukan lempeng aktif yang berpotensi memicu gempa kuat.

Terlepas dari Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, wilayah Indonesia sendiri juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif dan sesar aktif. Daryono mengatakan bahwa ada lebih dari 200 patahan dan sesar aktif yang sudah terpetakan. Meski begitu, Daryono juga tidak menampik bahwa masih banyak juga yang belum terpetakan.

Sejumlah patahan aktif tersebut adalah patahan besar Sumatra, sesar aktif Jawa, Lembang, Yogyakarta, utara Bali, Lombok, NTB, NTT, Sumbawa, Sulawesi, Sorong, Memberamo, dan sekitar Kalimantan.

Setelah gempa besar mengguncang Lombok dan sekitarnya, masyarakat pun "diguncang" dengan isu aktifnya gempa Sunda Megathrust. Informasi yang sudah dibantah oleh BMKG ini mengatakan bahwa gempa Lombok berdampak pada aktifnya patahan besar di selatan Jawa ini.

Baca juga: Pembunuhan John Lennon Ternyata Telah Direncanakan 2 Bulan Sebelumnya

Dikutip dari Tempo.co pada Rabu (8/8/2018), Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan informasi yang beredar tersebut adalah hoax. "Itu hoax, jangan percaya. Tidak benar kalau gempa Lombok akan memicu gempa megathrust selatan Jawa. Video yang juga banyak beredar merupakan video lama dan tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok."

Lebih lanjut Dwikora menjelaskan bahwa gempa Lombok dibangkitkan oleh patahan aktif, sementara gempa megathrust dibangkitkan oleh aktivitas tumbukan lempeng di zona subduksi.

Mengapa Jakarta perlu waspada?

Seluruh wilayah Indonesia tentu perlu untuk selalu waspada terhadap gempa, namun Jakarta sebagai ibu kota Indonesia menjadi kota yang disorot lebih banyak dibandingkan dengan kota atau daerah lain. Pusat pemerintahan juga berada di Jakarta, sehingga bayang-bayang gempa besar menjadi lebih disorot oleh masyarakat luas.