Ratusan orang bergegas turun dari Gedung Kompas Gramedia, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Mereka terkejut kala gempa dengan magnitudo 6,1 (berdasar data terakhir BMKG) mengguncang Jakarta pada Selasa (23/1/2018), pukul 13:34 tak lama setelah jam istirahat selesai.
Seorang karyawan mengatakan bahwa guncangan yang dirasakan sangat kencang. Karyawan lain pun mengamini hal tersebut.
Melalui laman resmi BMKG, pusat gempa berada di 91 km baratdaya Lebak, Banten, dengan kedalaman 61 km. Walaupun demikian, guncangan terkuat dirasakan oleh warga Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang Selatan, dan Garut.
Baca juga: Mungkinkah Gempa Aceh 2004 Terulang?
Peningkatan aktivitas zona tektonik
Gempa Banten yang terasa besar di Jakarta kemarin juga menandai aktivitas zona tektonik di selatan Jawa yang semakin meningkat. Hal ini ditegaskan oleh Irwan Meilano, ahli geodesi kebumian di Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada Kompas.com pada Selasa (23/1/2018) lalu.
Peningkatan aktivitas ini mulai terdeteksi setelah gempa dengan magnitudo 7,8 (yang kemudian memicu tsunami di Pangandara pada 2006), gempa berkekuatan M 7,3 dan M 6,9 di selatan tasikmalaya pada 2009.
Irwan menambahkan bahwa ia dan peneliti lainnya belum mengetahui penyebab meningkatnya aktivitas kegempaan di Zona ini. Namun ia menduga bahwa ini bukanlah fenomena pelepasan energi untuk mengurangi risiko gempa besar pada zona Sunda Megathrust.
Danny Hilman Natawidjaya, ahli gempa bumi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), juga mengkhawatirkan makin aktifnya zona tektonik di selatan Jawa tersebut.
"Meskipun lokasi sumber gempanya berbeda-beda, kalau dari aspek mitigasi bencana, yang harus paling diperhitungkan yang Megathrust selatan Jawa," ungkap Danny.
Aktivitas zona tektonik ini juga menegaskan apa yang tercantum pada Peta Gempa Bumi Nasional 2017. Dalam peta tersebut disebut tentang potensi gempa berkekuatan M 8,7 yang mungkin terjadi di selatan Jawa Barat.
Namun, menurut kajian peneliti gempa ITB, jika segmen gempa selatan Jawa itu runtuh bersamaan, kekuatannya dapat mencapai M 9,2. Dengan kata lain, mungkin gempa tersebut setara dengan gempa Aceh pada 2004.
Danny menjelaskan, sekalipun data tentang potensi gempa besar di selatan Jawa makin banyak ditemukan, tapi belum bisa diprediksi kapan dan di mana gempa tersebut akan terjadi. Apalagi, hingga saat ini, sebagian besar zona kegempaan di Indonesia belum terpetakan dengan baik.
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR