Cara Jepang Bertahan Dari Serangan Gempa Bumi yang Kerap Terjadi

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 9 Agustus 2018 | 14:02 WIB
Terkait gempa, Jepang belajar dari masa lalu mereka. (kwasny221/Getty Images/iStockphoto)

 

Nationalgeographic.co.id - Jepang dikenal sebagai wilayah yang rentan terhadap bencana alam, terutama gempa bumi. Sekitar 1.500 gempa terjadi negara ini setiap tahunnya.

Meski begitu, ada kabar baik dalam beberapa tahun belakangan: jumlah korban meninggal maupun terluka, berkurang cukup banyak dibanding sebelumnya.

Ini karena warga Jepang sudah melakukan berbagai hal untuk mempersiapkan diri saat menghadapi gempa. Berikut di antaranya:

Rumah tahan gempa             

Untuk memastikan keselamatan, penting untuk memulainya dari rumah sendiri. Salah satu caranya adalah dengan membuat bangunan serta rumah yang tahan gempa. Dengan begitu, itu tidak akan mudah runtuh saat gempa menyerang.

Diketahui bahwa tertimpa bangunan menjadi penyebab kematian utama saat bencana tersebut terjadi.

Baca juga: Semburan Air Disertai Gas Hingga 30 Meter Terjadi di Desa Sidolaju

Di Jepang, semua bangunan baru harus mengikuti aturan ketat yang dibuat pemerintah. Bangunan tersebut harus memenuhi dua syarat: dijamin tidak akan runtuh akibat gempa bumi dalam 100 tahun ke depan, serta tidak mengalami kerusakan dalam sepuluh tahun waktu pembangunan.

Lebih lanjut, semua material yang digunakan dalam konstruksi juga harus sesuai dengan aturan pemerintah.

Sistem peringatan gempa

Semua ponsel pintar di Jepang memiliki sistem peringatan gempa dan tsunami yang terpasang di dalamnya. Sekitar 5-10 detik sebelum bencana menyerang, sistem peringatan akan berbunyi. Ini memberikan waktu bagi warga Jepang untuk keluar dari rumah atau berlindung di bawah meja.

Ketika peringatan berbunyi, dengungannya terdengar keras, bersamaan dengan suara yang mengatakan: “Jishin desu! Jishin desu!”, yang berarti “Ada gempa bumi!”, hingga getaran berhenti.

Di daerah pesisir, sistem ini berkontribusi dalam meminimalisasi jumlah korban dengan memberi peringatan 5-10 menit sebelum tsunami datang.

Selain itu, Japan Meteorological Agency juga telah memasang lebih dari 200 stasiun peramal gempa di seluruh negara tersebut.

Dengan semua informasi yang dikumpulkan dari stasiun-stasiun itu, pemerintah dapat menganalisis data, mengidentifikasi ruang lingkup bencana, serta memprediksi waktu terjadinya gempa di masing-masing wilayah Jepang. Kemudian, mereka akan mempublikasikan peringatan kepada masyarakat sehingga dapat mempersiapkan diri.

Evakuasi mandiri

Untuk mengurangi dampak bencana alam, pemerintah Jepang telah memberikan panduan mengenai cara bertahan hidup jika gempa menyerang. Negara ini juga telah membangun fasilitas darurat yang bisa menampung banyak orang jika bencana besar terjadi.

Yang harus dilakukan para penduduk adalah mempersiapkan ‘ransel gawat darurat’ – masing-masing satu untuk setiap anggota keluarga – yang berisi benda-benda penting seperti senter, obat-obatan, selimut, masker, tali, radio, serta makanan untuk tiga hari hingga seminggu.

Selain itu, pusat evakuasi lokal yang dibentuk warga (umumnya memakai ruang senam di sekolah) juga dilengkapi dengan helm, selimut, senter, makanan. Ini menjadi tempat pengungsian bagi orang-orang yang rumahnya tidak lagi aman.

Sosialisasi dan pelatihan

Pemerintah Jepang fokus untuk memberikan informasi yang cukup mengenai gempa bumi dan tsunami kepada para warganya. Sesi pelatihan menghadapi bencana alam, dilakukan secara rutin.

Pelatihan ini dimulai sejak dini, anak-anak prasekolah pun harus berpartisipasi.

Semua anak-anak di Jepang tahu jika gempa bumi terjadi, mereka tidak diperbolehkan panik atau menangis. Sebaliknya, mereka sadar harus melindungi kepala, keluar dari rumah, dan tidak boleh mendorong orang lain yang sama-sama sedang menyelamatkan diri.

Hal lain yang diketahui orang-orang Jepang ketika gempa bumi terjadi adalah mereka harus menghindari barang-barang yang digantung di dinding. Sebab, itu berpotensi menyebabkan luka parah jika terjatuh dan menimpa mereka.

Peran ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga juga memainkan peran penting dalam pencegahan bencana. Karena gempa bumi kemungkinan akan memengaruhi pipa gas dan menyebabkan kebakaran, para ibu rumah tangga telah dilatih untuk segera mematikan gas dan listrik saat bencana terjadi.

Mereka juga memiliki tugas penting lainnya: yaitu memeriksa perlengakapan darurat secara berkala agar tidak rusak atau kadaluarsa ketika dibutuhkan.

Baca juga: Gelombang Panas di Eropa: Aspal Meleleh dan Sepatu Khusus Anjing

Instruksi jelas

Di beberapa kantor, pusat perbelanjaan, dan ruang publik, tersedia instruksi evakuasi yang jelas. Tanda 'keluar' juga terpasang dengan baik sehingga kita bisa mengikuti arah tersebut jika gempa bumi terjadi.

Jika Anda datang ke Jepang atau tinggal di sana, pastikan Anda familier dengan langkah-langkah penyelamatan dasar sehingga tahu apa yang harus segera dilakukan jika bencana alam menyerang.