Entomofagi, Praktik Makan Serangga di Kehidupan Sehari-hari, Sehatkah?

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 14 September 2018 | 17:51 WIB
Entomofagi atau praktik makan serangga telah dilakukan beberapa orang di dunia. (mrorange002/Getty Images/iStockphoto)

Penyebab seseorang tak mau makan serangga

Walau entomofagi memiliki manfaat, tapi beberapa orang masih enggan melakukannya. Apa alasannya?

Baca Juga : Emotional Eating, Kebiasaan Melampiaskan Stres dengan Makan Berlebihan

Bagi sebagian dari kita, membayangkan menempatkan belalang renyah ke dalam mulut saja sudah menimbulkan perasaan jijik. Menurut FAO, itu semua berasal dari latar belakang budaya seseorang.

“Perasaan jijik sebagian besar dipicu oleh pertanyaan seperti: ‘apa itu?’, ‘dari mana ia berasal?’. Selain dari emosi dasar manusia, rasa jijik berakar dari budaya. Perlu diingat bahwa ‘selera’ termasuk ke dalam ‘budaya’, jadi itu memiliki pengaruh besar pada kebiasaan makan,” papar peneliti dari FAO.

Namun, dengan semakin meningkatnya populasi, bukan tidak mungkin entomofagi nantinya akan diterima oleh semua warga dunia – termasuk orang-orang Barat. Di masa depan, bisa saja serangga digunakan sebagai isian roti lapis atau hamburger Anda.