Masyarakat Menghijaukan Kembali Wilayah Hutan Lindung di Aceh

By Nesa Alicia, Rabu, 19 September 2018 | 12:03 WIB
Ilustrasi penanaman kembali hutan gundul. (Hafidz Novalsyah/National Geographic Traveler)

Nationalgeographic.co.id - Masyarakat Desa Persada Tongra, Kecamatan Trangon, Gayo Lues, Aceh, yang tergabung dalam kelompok tani, mencoba untuk menghijaukan kembali wilayah hutan lindung mereka yang telah gundul akibat pembalakan liar dan keperluan perkebunan.

Mereka yang terdiri dari 30 kepala keluarga ini menyadari arti penting dan fungsi hutan bagi kelangsungan hidup manusia.

Dalam proses restorasi, Yayasan Orangutan Sumateran Lestari – Orangutan Information Center (YOSL – OIC) juga turut mendampingi. Tim YOSL – OIC yang datang, merangkul masyarakat untuk kembali menghijaukan hutan ini.

Baca Juga : Uncanny Valley, Robot Cantik yang Mengusik Rasa Nyaman Manusia

Dikutip dari Mongabay pada hari Rabu (19/9/2018), Usman, salah satu warga Persada Tongra yang terlibat dalam restorasi mengatakan bahwa hutan memang harus harus dijaga. Dengan menghancurkan hutan sama saja mengundang bencana.

“Kami ingin anak cucu nanti terbebas kekeringan, longsor, atau banjir. Ini alasan kami bergabung dengan program restorasi yang dicetuskan OIC,” tambah Usman.

Ada dua jenis tanaman yang akan ditanam. Tanaman buah semusim seperti durian, duku, langsat, rambutan, dan jengkol. Sementara untuk tanaman kayu alam adalah meranti, medang, dan ceremai. kedua jenis tanaman ini ditanaman dalam jumlah yang tidak sama, yakni 40 berbanding 60.

Kawasan hutan lindung di sana sempat hancur dengan kerusakan mencapai 50 hektar. Hal ini bermula dari sebuah kilang kayu yang berdampak pada penebangan pohon di hutan lindung. Setelah pohon habis, masyarakat yang bekerja di kilang, perlahan mulai menanaminya dengan tanaman pertanian.

Sebelum mengalami penebangan, hutan ini menjadi tempat di mana satwa liar hidup dan berkembang biak. Orangutan sumatra, owa, monyet ekor panjang, dan kijang tercatat menghuni kawasan tersebut.

“Kambing hutan juga pernah ditemukan, namun sekarang tidak ada lagi. Kami berharap program restorasi bermanfaat banyak untuk masyarakat luas,” tutur Usman.

Binur Naibaho, Manager Pemberdayaan Masyarakat YOSL – OIC, mengatakan bahwa restorasi yang dilakukan ini berada di kawasan hutan lindung yang merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Wilayah ini merupakan habitat orangutan sumatera. 

Baca Juga : Hilangkan Kursi di Kantin, Cara Unik Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa