Ia menghukum mati semua yang bertanggung jawab atas kematian suaminya. Zenobia juga mengambil keuntungan dari kekalahan Roma dan berusaha membuat Palmyra sejajar dengan kekaisaran tersebut – permintaan status ini akhirnya disepakati oleh Kaisar Romawi selanjutnya, Claudius Gothicus.
Sedikit demi sedikit, dipandu oleh kebijaksanaan para penasihatnya, Zenobia semakin memisahkan Palmyra dari Roma. Ia kemudian menguasai seluruh wilayah Suriah dan sebagian Anatolia (Turki pada saat itu).
Zenobia memimpin barisan pasukannya menuju Mesir dan menguasai Alexandria. Kemudian, pada tahun 270, ia memiliki kontrol penuh atas Mesir beserta semua kekayaannya. Kekuasaan Zenobia seperti tidak bisa terkalahkan.
Namun, pemimpin Kekaisaran Romawi selanjutnya berbeda dengan pendahulunya. Lucius Domitus Aurelianus merupakan pria militer yang disiplin dan dipuji-dipuji di Roma karena keganasannya saat bertempur. Selama empat tahun kepemimpinannya, Lucius berhasil memenangkan perang dengan Goth dan mengembalikan kekuasaan Romawi di Gaul, Britannia, dan Hispania.
Baca Juga : Kisah Putri Diana dan Paparazi yang Tak Pernah Berhenti Mengejarnya
Awalnya, pembangkangan terbuka yang dilakukan Zenobia tidak dianggap masalah besar oleh Lucius. Namun, fakta bahwa seorang penguasa wanita berhasil melakukan, hal tersebut membuat Kaisar Romawi ini marah.
Lucius kemudian menyerang Palmyra dan mengambil kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya direbut oleh Zenobia.
Ketika orang-orang Roma mengepung kotanya, Zenobia mengirim surat terbuka dan menantang Kekaisaran Romawi. Ia yakin bahwa panah dan kavalerinya mampu melawan pasukan Lucius. Namun ternyata, Kekaisaran Romawi menggandakan pasukannya dan Palmyra pun dipaksa menyerah.
Hingga kini, kematian Zenobia masih menjadi misteri. Para sejarawan berpendapat bahwa sang ratu bunuh diri karena tidak ingin ditangkap dan dibunuh oleh orang-orang Romawi. Namun, ada juga yang mengatakan kalau Zenobia dipenggal di Roma. Sementara itu, hipotesis lainnya percaya Zenobia akhirnya menikah dengan senator dari Romawi.