Kerangka tersebut dinamai Junzi imperialis oleh para ilmuan. Penemuan ini sangat penting mengingat kurangnya populasi owa saat ini. Menurut studi tersebut, penemuan ini membuktikan peran manusia dalam kepunahan Junzi, kepunahan pertama dari jenisnya di antara primata lain.
Baca Juga : Tersisa 12 Tahun untuk Mencegah Terjadinya Bencana Dari Perubahan Iklim
Ketika owa masih hidup, iklimnya masih sangat stabil. Meski begitu, para peneliti berpikir bahwa ancaman terhadap keberadaan hewan owa dimulai ketika penebangan hutan mulai marak terjadi. Dampak dari industri yang tengah tumbuh.
Direktur Borneo Nature Foundation, Susan Cheyne, seperti dikutip dari Mongabay mengatakan bahwa semua bukti penemuan ini dapat menunjukan bahwa manusia menjadi salah satu faktor yang mendominasi di balik hilangnya spesies ini.
Para ilmuan menyampaikan bahwa 60 persen spesies primata di dunia terancam punah, termasuk simpanse, gorila dan orangutan.
Melansir The Sun, Jumat (12/10/2018), Zoological Society of London (ZSL) memperingatkan bahwa semua kera yang ada di dunia memang terancam punah akibat ulah manusia. "Penemuan ini menyedihkan, karena hal ini memperkuat gagasan bahwa manusia merupakan ancaman besar bagi kelangsungan hidup spesies owa dan kera lainnya," kata Ortiz.
Owa hainan yang ditemukan dua tahun lalu di Hainan, Tiongkok menjadi mamalia yang langka. Kini, hanya tersisa 25 ekor owa.Hal ini terjadi akibat hilangnya habitat asli mereka dan perdagangan hewan secara ilegal di Asia.
Selain itu, owa skywalker yang juga merupakan asli Tiongkok, yang baru saja ditemukan di pegunungan Gaoligong tahun lalu telah terancam punah.
Owa merupakan jenis kera terkecil dengan tubuh yang ramping. Primata ini banyak mengeluarkan suara dan dikenal lebih dekat dengan manusia daripada primata lainnya. Hewan mamalia ini juga ahli dalam melompat antar pohon dengan kecepatan tinggi.