Mengenang Tragedi Penyanderaan Ratusan Pengunjung Teater Dubrovka

By Nesa Alicia, Selasa, 23 Oktober 2018 | 12:40 WIB
(SergeyNivens)

Nationalgeographic.co.id - Enam belas tahun lalu, tepatnya pada 23 Oktober 2002, telah terjadi peristiwa penyanderaan yang dilakukan oleh 50 pasukan Chechnya yang dikepalai oleh pemimpin milisi Chechnya Movsar Barayev. Lebih dari 850 orang disandera dalam peristiwa ini.

Saat itu, babak kedua musikal "Nord Ost" baru saja akan di mulai di Istana Kebudayaan Ball-Bearing Plant Moskow. Tiba-tiba, seorang pria bersenjata berjalan masuk ke atas panggung dan menembakan senjata ke udara. Para pemberontak dan termasuk sejumlah wanita dengan bahan peledak yang diikat ke tubuh mereka—mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota Tentara Chechnya.

Pemberontak tiba di Moskow dengan membawa lebih dari 100 kilogram bahan peledak, sekitar 100 granat, tiga bom berat, 18 senapan serbu Kalashnikov, dan 20 pistol.

Mereka meletakkan berbagai bahan peledak di dalam gedung untuk membunuh diri mereka sendiri beserta ratusan sandera lainnya. Ini dilakukan sebagai bentuk tuntutan mereka agar pasukan Rusia mundur dan menarik diri dari wilayah Chechnya.

Tidak hanya penonton, para pemain juga ikut disandera. Beberapa pemain yang telah beristirahat di belakang panggung melarikan diri melalui jendela yang terbuka dan segera memanggil polisi. Secara keseluruhan, sekitar 90 orang berhasil melarikan diri dari gedung tersebut.

Baca Juga : Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan, Aksi #SayaPilihBumi Kembali Digelar

Saluran TV satelit Al-Jazeera yang berbasis di Qatar sempat menyiarkan pernyataan beberapa penyandera.

"Aku bersumpah demi Tuhan, kami lebih ingin mati daripada kau ingin hidup," kata seorang penyandera pria berpakaian hitam dalam siaran itu.

"Kita masing-masing bersedia mengorbankan dirinya demi Tuhan dan kemerdekaan Chechnya."

Para pemberontak mengidentifikasi diri mereka sebagai skuad bunuh diri dari "Divisi 29". Mereka mengatakan tidak memiliki dendam terhadap warga negara asing dan berjanji untuk membebaskan siapa saja yang menunjukkan paspor sebagai bukti bahwa mereka berasal dari negara lain.

Terdapat 75 orang asing dari 14 negara yaitu, Australia, Jerman, Belanda, Ukraina, Inggris dan Amerika Serikat.

Pada 25 Oktober, salah seorang pejabat keamanan mengatakan bahwa para teroris telah setuju untuk membebaskan semua orang asing di antara para sandera. Namun, negosiasi yang dilakukan selanjutnya gagal dan pembebasan sandera dibatalkan.