Senada dengan Elyse, pemilik kedai kopi Selamat yang terletak di Jalan Nusantara tepat di depan Masjid Baitul Karim (Masjid Pasar) juga mengaku membuka kedainya pukul 05.00 pagi guna melayani warga yang selesai shalat Subuh.
“Mereka kadang sarapan di sini, ngopi juga. Itu makan mi lender, lontong sayur atau mi goreng. Juga makan di kedai belakang,” ujar Ama Li Ceng pengelola kedai tersebut. Kedai kopi yang dibangun kakek dari suaminya (Ngiat Siu) tersebut dibangun oleh kakek sang suami yang bernama Ciu Keng Bung tahun 1957. “Atok (kakek) datang dari Hailam bersama sepupunya, buka kedai kopi,” ujar Akong Ngiat Siu. Memang benar, pagi itu sekitar pukul 06.00 saya mendapati beberapa kedai kopi di kota lama Tanjung Balai dipenuhi oleh pakcik-pakcik (paman) yang pulang dari masjid. Sebut saja kedai kopi Selamat, kedai kopi Cirebon, dan kedai kopi Botan.
Baca Juga : Mengapa Suara Tawa Terkadang Terdengar Menakutkan? Ini Penjelasannya
Selama menyusuri kota lama Tanjung Balai, setidaknya saya menemukan 12 kedai kopi jadul seperti: kedai kopi Siang Hwa, kedai kopi Botan, kedai kopi Ajak, kedai kopi 899, kedai kopi rumah kematian, kedai kopi Selamat, kedai kopi Aguan, kedai kopi Natal, kedai kopi 88, kedai kopi Segara, kedai kopi Cirebon. Bagi pejalan yang memerlukan makanan berat pun bisa mengunjungi kedai masakan Tionghoa, Melayu, Padang (Minang), dan Jawa yang tersebar di kawasan tersebut. Cukup beragam untuk memanjakan lidah pengunjung dari beragam daerah.
Sensasi susur kota lama Tanjung Balai akan bertambah jika Anda dapat menjumpai mobil kayu berukuran besar sedang mengangkut siswa sekolah di kawasan itu. Ditambah lagi jika kita menginap di kawasan itu, kita dapat menyaksikan tayangan film Melayu era tahun 50 – 60an semacam film berjudul Pancha Delima, Si Tanggang (kisah Malin Kundang), Lubalang Daik dan lainnya yang diputar 24 jam! Waktu serasa berhenti di sini!