Studi: Cuaca Tak Normal dan Mematikan Akan Meningkat Hingga 50 Persen

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 5 November 2018 | 11:21 WIB
Ilustrasi gelombang panas (batuhan toker)

Studi tersebut menyatakan bahwa menonaktifkan pembangkit listrik tenaga batu bara akan meminimalkan peluang cuaca ekstrem di masa depan.

Diketahui bahwa batu bara merupakan sumber utama karbon dioksida (CO2) yang menjebak panas matahari. Mereka juga sumber pencemaran udara yang signifikan – dalam bentuk partikel kecil atau aerosol yang memantulkan sebagian panas matahari sehingga menyebabkan pendinginan regional.

Baca Juga : Hutan di Rawa Tripa Berkurang, Kehidupan Orangutan Sumatra Terancam

“Penurunan polusi udara di negara-negara industri sebenarnya dapat memulihkan perbedaan suhu alam di garis lintang tengah dan Arktika,” kata Stefan Rahmstorf, peneliti iklim dari Potsdam-Institute for Climate Impact Research yang juga terlibat dalam studi.

Ya, berkurangnya sumber polusi udara dapat membantu mencegah peningkatan cuaca ekstrem di masa depan.

“Jika kita ingin membatasi peningkatan suhu ekstrem yang berbahaya, mengakhiri proses batu bara tampaknya ide yang cukup bagus,” pungkas Rahmstorf.