Siapa yang tak kenal dengan Danau Toba? Danau Toba yang punya dikenal sebagai danau terbesar di wilayah Asia Tenggara ini punya sejarah geologi yang menarik. Rahasia geologi dalam pembentukan Danau Toba sudah menarik perhatian para ahli sejak lama.
Penasaran dengan rahasia geologi itu sejumlah ahli berdatangan ke Danau Toba. Mereka ingin mempelajari rahasia geologi Danau Toba dari dekat. Ada 30 orang ahli geologi dari Exploration Academy (EXA), Pertamina Hulu Energi (PHE) yang pergi ke Siborong-borong, sebuah kecamatan di wilayah Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Di tempat ini, para ahli geologi mengunjungi beberapa situs geologi untuk menyingkap rahasia batuan sedimen di lingkungan Danau Toba.
Kami langsung menuju lokasi pertama, Sungai Naborsahor. Sungai ini adalah salah satu dari 200-an anak sungai yang bermuara ke Danau Toba. Sungai Naborsahor merupakan lokasi yang sangat baik untuk mengamati sedimen lacustrine Danau Toba yang tersingkap akibat aktivitas penambangan pasir oleh warga.
Berjalan kurang lebih 100 meter menyusuri sungai Naborsahor, kami tiba di titik pertama. Sebuah singkapan berupa tebing dengan ketinggian kurang lebih 10 meter. Menurut Purnama Ary Suandhi, ahli geologi dari GDA Consulting, yang bertugas sebagai field trip team leader, lapisan pada tebing tersebut terbentuk akibat proses sedimentasi dari batuan batuan vulkanik dari letusan maha dahsyat Gunung Toba yang terjadi sekitar 74 ribu tahun yang lalu. Usia endapan ini masih terbilang "muda". Pada bagian atas berusia sekitar 10-11 ribu tahun, dan pada lapisan bawah berusia 74 ribu tahun.
Saat sedang seru serunya berdiskusi, hujan turun, dan kami segera menggunakan jas hujan dan sedikit bergeser ke pelataran rumah warga untuk berteduh. Diskusi kembali berlanjut. Ternyata hujan deras sekalipun tak mampu menyurutkan semangat para ahli geologi ini yang selalu haus akan hal baru.
Diskusi terus berlanjut hingga hujan sedikit mereda. Kami melanjutkan pengamatan. Purnama, kerap dipanggil Mas Pur, mengingatkan untuk berhati hati mengingat usia sedimen yang masih muda sehingga masih bersifat loose dan mudah longsor. Saking serunya mengamati singkapan, tanpa terasa hari mulai gelap. Dan perjalanan hari ini diakhiri. Kami menuju penginapan untuk beristrahat.
Pada hari berikutnya, eksplorasi sedimentasi Danau Toba akan dilakukan di Pulau Samosir. Selepas sarapan, briefing singkat terkait keamanan selama perjalanan kembali diberikan. Penyebrangan menuju pulau Samosir memakan waktu sekitar 30 menit. Cuaca cukup cerah pagi ini, permukaan air danau toba juga tenang sehingga kami bisa menikmati keindahan danau toba.
Tiga puluh menit berlalu, kami tiba di Pelabuhan Sumber Sari, Pulau Samosir. Perjalanan dilanjutkan dengan perjalanan darat kurang lebih 2 jam untuk mencapai lokasi pertama pagi ini, yaitu di Pangururan. Singkapan di lokasi ini juga masih berusia “muda”, sama seperti singkapan di sisi Sungai Naborsahor.
Perjalanan dilanjutkan ke lokasi kedua, Danau Sidihoni. Nah ini sungguh unik.Terdapat danau di suatu pulau yang berada di atas danau. Sederhananya, ada danau di atas danau. Hal ini terjadi karena adanya pergerakan geodinamika dari sesar sumatera yang bersinggungan dengan pulau Samosir. Sambil menikmati indahnya panorama Danau Sidihoni, kami beristirahat makan siang.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR