Menurut Reza, dugaan sumber pencemar pada garam tersebut dapat ditelusuri jejaknya dengan penemuan pencemaran mikroplastik pada air laut.
"Sebagian besar sumber plastiknya kami duga berasal dari plastik sekali pakai seperti kantung plastik. Ada juga plastik dari jaring nelayan dan juga pakaian," ucap Reza.
Reza menambahkan penelitiannya terhadap kandungan plastik mikro di laut dilakukan di 13 lokasi dan semuanya tercemar dengan tingkat dari 0,25 partikel per meter kubik hingga hampir 10 partikel per meter kubik.
"Paling tinggi cemaran mikroplastiknya di pesisir Jakarta dan Sulawesi Selatan, yaitu antara 7,5 sampai 10 partikel per meter kubik," ucap Reza.
Reza mengatakan penelitiannya terhadap ikan teri dan sejenisnya di 10 lokasi yang berada di Indonesia juga sudah tercemar oleh plastik mikro.
Baca Juga : Lima Peradaban Kuno Ini Runtuh Akibat Faktor Perubahan Iklim
"Sebanyak 58-89 persen ikan yang kami teliti mengandung plastik mikro. Paling tinggi konsentrasinya kami temukan di Makassar dan Bitung," tambah Reza.
Sebelumnya, riset yang dilakukan bersama Universitas Hasanuddin dan University of California Davis menemukan pencemaran mikroplastik di saluran pencernaan ikan dan kernag yang dijual di tempat pelelangan ikan terbesar di Makassar, Sulawesi Selatan.
Dalam penelitian yang dilakukan, ditemukannya sepertiga sampel atau 28 persen ikan yang diteliti yang mengandung plastik mikro.
Terdapat 76 ikan yang diteliti kandungan plastik mikronya dari 11 jenis ikan yang berbeda. Dari ikan teri hingga tongkol yang tercemar. Untuk ikan teri, dari 10 ekor terdapat 4 ekor yang tercemar plastik.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR