Nationalgeographic.co.id - Pulau Samosir merupakan pulau vulkanik di tengah Danau Toba, Sumatra Utara. Pulau ini menjadi jantung dari budaya Batak Toba. Kunjungan ke Danau Toba tidak akan lengkap tanpa bermalam di Samosir dan desa adat sekitarnya.
Di sisi timur Samosir, permukaan tanahnya meningkat tajam dari dataran sempit di sepanjang tepi danau—menjulang sekitar 780 meter di atas permukaan air. Bersepeda ke dataran tinggi sambil melewati rumah-rumah adat akan menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan. Sebab, dari ketinggian tersebut, Anda bisa menyaksikan pemandangan indah danau Toba yang berwarna kebiruan.
Baca Juga : Desa Wisata Kasongan, Desa dengan Sejuta Gerabah di Bantul
Saat kapal feri mengantar Anda ke Tomok, 'pintu gerbang' Pulau Samosir, Anda akan disambut dengan barisan penjual suvenir khas Batak. Mulai dari kain ulos hasil buatan tangan, kalender bambu dan beragam pernak-pernik lainnya.
Di desa Tomok sendiri, terdapat sarkofagus batu kepala suku Sidabutar. Diukir dari sebongkah batu besar, makam ini sudah ada sejak abad ke-19. Bagian depannya memiliki gambar wajah singa—makhluk mistis setengah kerbau, setengah gajah. Sementara itu, pada tutupnya yang seperti sadel, terdapat patung wanita yang membawa mangkuk, diyakini merepresentasikan istri kepala suku yang telah meninggal tersebut.
Rumah adat berjejer rapi di Tomok. Bagian belakangnya menghadap ke danau, sementara bagian depan mengarah ke lumbung padi. Desain khas Batak juga tercermin pada bangunan rumah ini, dengan daun dan bunga-bunga yang diwarnai hitam, putih, dan merah.
Melangkah ke arah utara Tomok, Anda akan bertemu semenanjung Tuktuk Siadong. Ia terkenal akan pantai berpasir dan pemandangan sekitarnya yang penuh tanaman subur. Di sini, air biru yang lembut dari danau Toba menyatu dengan padang rumput nan hijau. Karena terletak di pegunungan tinggi, udara di Tuktuk Siadong sangat sejuk. Tidak heran jika wilayah ini juga menjadi favorit para turis. Anda pun dapat dengan mudah menemukan penginapan dan hotel kecil, restoran, dan toko oleh-oleh.
Berjalan lagi ke utara, Anda akan sampai di desa Ambarita dan Simanindo. Di Ambarita—sekitar empat kilometer dari Tuktuk—terdapat batu-batu peninggalan zaman megalitikum. Salah satu situs menarik di desa ini adalah Batu Parsidangan. Menurut penduduk lokal, itu menjadi tempat di mana para kriminal dihukum mati atau dipenggal.
Desa lain yang harus dijelajahi di Pulau Samosir adalah Simanindo. Di sana, berdiri rumah Raja Sidauruk yang kini telah dijadikan museum. Yang menarik, pertunjukkan Boneka Sigale-gale rutin dilaksanakan di Simanindo. Boneka yang berukuran seperti tubuh manusia ini dipercaya sebagai 'wadah' bagi jiwa-jiwa orang yang telah meninggal.
Selain dapat melihat dan mempelajari budaya Batak, di Pulau Samosir ada beberapa atraksi yang tidak kalah menarik. Di antaranya adalah olahraga air seperti kano, jetski, berenang, dan memancing. Anda juga bisa merasakan sensasi paragliding dari Bukit Siulakhosa untuk menambah keseruan dan mendapatkan foto yang tak terlupakan.
Danau Toba sebenarnya dikelilingi oleh tujuh kabupaten. Ada Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir. Namun, dari semua itu, Samosir tampaknya menjadi destinasi terfavorit para wisatawan.
Cara menuju ke Pulau Samosir
Jika menggunakan pesawat, Anda harus mendarat terlebih dahulu di Bandara Internasional Kualanamu, Medan. Dari sana, Anda harus menuju Parapat—membutuhkan sekitar empat atau lima jam perjalanan mobil dari Medan. Selain kendaraan pribadi, tersedia juga bus dari Medan menuju Parapat, melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, hingga Pematang Siantar. Sepanjang perjalanan, Anda bisa menikmati panorama perkebunan kelapa sawit dan karet.
Baca Juga : Sejenak Mencecapi Kuliner Kedai Kopi Botan Tanjungbalai nan Melegenda
Dari Parapat, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kapal feri menuju Pulau Samosir. Kapal beroperasi setiap satu setengah jam, sejak pukul 9 pagi hingga 5 sore.
Tertarik untuk mencari informasi lebih lengkap dan beragam mengenai Pulau Samosir? Anda bisa menemukannya di pesona.travel yang menyediakan banyak informasi terkait.
Source | : | Dari berbagai sumber |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR