Bahkan sedimen dalam The Great Blue Hole mampu menunjukkan periode kekeringan ekstrem yang terjadi selama abad ke-10, yang mungkin ikut ambil bagian dalam runtuhnya peradaban suku Maya pada 800 hingga 1.000 SM.
The crew encountered massive stalactite formations as they ascended back to the surface. #BlueHole #DiscoveryLive pic.twitter.com/MbcIxoj7Rh
— Discovery (@Discovery) December 2, 2018
We know that the #BlueHole was once a dry cave because stalactites like this can only form on dry land. #DiscoveryLive pic.twitter.com/L5JGygQS7p
— Discovery (@Discovery) December 2, 2018
Tim juga menemukan fakta bahwa The Great Blue Hole tidak selalu terendam air laut. Bukti ini didapatkan dari adanya stalaktit besar di dinding bagian selatan. "Ini juga membuktikan bahwa permukaan laut dulunya jauh lebih rendah dan naik secara dramatis karena perubahan iklim," ucap Branson.
Penyelaman ini memiliki misi yang lebih dalam dibandingkan hanya sekadar menyentuh dasar The Great Blue Hole. Branson mengatakan bahwa hal ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai konservasi laut. Tidak hanya itu, ia juga ingin masyarakat sadar dan ikut membantu melindungi 30 persen lautan pada tahun 2030.
Baca Juga : Menyatukan Kepingan Penyusun Kehidupan pada Awal Terbentuknya Bumi
Source | : | Kompas.com,Discovery |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR