Nationalgeographic.co.id – Berada di dekat Ancol, pulau Bidadari yang termasuk dalam gugusan Kepualauan Seribu menjadi salah satu tempat wisata wajib dikunjungi. Namun, sejak pertama kali beralih fungsi menjadi kawasan wisata bahari pada 1972, tidak ada perubahan signifikan di pulau ini. Bahkan, kondisi penginapan di sekitarnya pun semakin buruk.
Melihat hal tersebut, sejak 2017 lalu, pulau Bidadari pun mulai berbenah. Ia dikembangkan dengan konsep baru yang lebih segar dan diharapkan dapat menjadi jantung budaya Betawi atau “The Soul of Batavia”.
"Dengan konsep 'The Soul of Batavia', kini Pulau Bidadari bernuansa kental unsur budaya Jakarta tempo dulu. Namun, tetap dipadukan dengan teknologi,” kata Paul Tehusijarana, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol, kepada Kompas.com pada April 2018 lalu.
Baca Juga : Pulau Ayer, Wisata Kepulauan Seribu yang Sangat Dekat dari Ancol
Di pulau ini, berdiri beberapa bangunan rumah dengan konsep budaya Betawi. Para pengunjung pun bisa menginap di sana.
Tidak hanya itu, pohon-pohon besar nan rindang, serta pintu besar dan dinding yang mirip benteng, memberikan suasana Jakarta tempo dulu saat masa kependudukan Belanda. Tak ketinggalan, Anda pun bisa mencicipi kuliner khas Betawi di Pulau Bidadari.
Baca Juga : Pemprov Bangun Infrastruktur dan Transportasi di Kepulauan Seribu pada 2019
Meski mengusung tema Jakarta tempo dulu, tapi pengembangan Pulau Bidadari juga mengedepankan perkembangan digital. Dilansir dari Kompas.com, Pulau Bidadari sudah dilengkapi jaringan fiber optic untuk koneksi internet. Ada WiFi gratis yang bisa digunakan siapa saja yang ada di sana. Selain itu, pulau ini juga menyediakan berbagai macam lokasi yang instagramable.
Konsep baru ‘The Soul of Batavia’ ini diharapkan menambah daya tarik Pulau Bidadari untuk dikunjungi wisatawan. Bagi Anda yang ingin merasakan sensasi tinggal di perkampungan Betawi, Pulau Bidadari bisa menjadi pilihan. Hanya perlu waktu 25 menit untuk sampai di pulau ini dari dermaga Marina Ancol.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR