Baca Juga : Atasi Kekumuhan, Warga Desa Doudo Ubah Sampah Jadi Sesuatu yang Bernilai
“Pertamina EP ingin memberikan manfaat terhadap warga sekitar lokasi kegiatan operasi, sehingga keberadaan kami memiliki pengaruh atau arti yang positif khususnya dalam bidang kesehatan,” tutur Angga Aria dari Legal & Relation PT Pertamina Asset 4 Sukowati Field kepada kami saat menjelaskan tentang Sahabat Pertamina.
“Kegiatannya baru dimulai pertengahan tahun ini, dengan tujuan mengubah perilaku hidup sehat masyarakat. Baru berapa bulan sudah terlihat perubahan pola hidup sehat, seperti memilih menu makanan yang lebih sehat dan menghindari menu-menu yang berpotensial menyebabkan penyakit. Kelihatan juga dalam menjaga kebersihan rumah, sehingga terhindar dari dampak penyakit. Hal-hal kecil seperti membersihkan bak mandi dan penampungan air secara berkala saja sudah dapat meningkatan kualitas kesehatan kita,” ujarnya.
Angga menambahkan bahwa program ini tidak berjalan sendiri namun bekerja sama dengan tenaga, kader, petugas, dan dinas kesehatan setempat, seperti STIKes ICSada Bojonegoro, Kader Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD), Poli Kesehatan Desa, Bidan Desa, Kader dan Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan pihak terkait lainnya.
Fandhi dan Ahmad, dua dari enam paramedis yang tergabung dalam tim Sahabat Pertamina, mengaku bahwa kegiatan Sahabat Pertamina yang berupa penyuluhan tidak berlangsung lama, hanya sekitar 30 menit tiap kunjungan dan ditujukan pada seluruh anggota keluarga binaan. Setiap keluarga binaan akan menerima satu kali kunjungan per minggu selama kurun waktu dua bulan.
Kegiatan lainnya yang termasuk dalam program adalah penyediaan Pemeriksaan dan Pengobatan Gratis untuk warga dari 3 desa setiap bulannya. Sahabat Pertamina juga menyediakan fasilitas berupa Mobil Layanan Kesehatan yang dapat digunakan oleh warga yang membutuhkan.
Baca Juga : Berolahraga di Tanjung Lesung, Wisata Sambil Mengolah Tubuh
Tim Sahabat Pertamina juga siaga 24 jam sehari selama enam hari seminggu di Kantor Desa Ngampel, yang menjadi basecamp mereka, dan berganti-gantian melakukan pemantauan kondisi udara di sekitar desa. Berada di kawasan tambang migas membuat ketiga desa sasaran program ini berisiko menghadapi kemungkinan adanya kebocoran gas H2S atau hidrogen sulfida, gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Bila dihirup, gas H2S dapat mengakibatkan mual-mual, kepala pusing, muntah-muntah dan kejang. Penanganan pertama keracunan gas H2S ini juga menjadi salah satu penyuluhan yang diberikan Sahabat Pertamina pada tiap-tiap keluarga binaan yang mereka pegang.
Siang itu di rumahnya, Sumirah yang memiliki riwayat penyakit jantung menjelaskan kondisinya sekarang. “Butuh 35 bulan pengobatan di poli jantung sampai bisa sembuh. Sekarang lagi berobat di poli syaraf,” ujar Sumirah sambil mengelus lututnya. Ia mengaku kehadiran tim Sahabat Pertamina membantu, terutama saat ia dimotivasi untuk mengikuti proses pengobatannya secara teratur. Pak Sumaryoto yang tengah April lalu genap berusia 76 dan terkena hipertensi mengiyakan pernyataan istrinya.
Tugas tim Sahabat Pertamina sendiri tidak terbatas pada penyuluhan saja, pula memantau dan mengevaluasi kondisi keluarga binaan. Fandhi mengaku, bahwa dengan kunjungan reguler tiap minggu, serta obrolan dan cerita yang terlontar tiap kali berjumpa, hubungan ia bersama KaBi-nya pun berkembang, batas paramedis dan keluarga binaan lebih luwes.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR