Nationalgeographic.co.id - Gelombang tsunami menyerang perairan Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam. Band Seventeen, yang sedang mengisi acara di Tanjung Lesung Beach Resort, Banten, turut menjadi korban dalam bencana ini.
Dilansir dari Kompas.com, Yulia Dian yang mewakili manajemen Seventeen mengungkapkan bahwa tsunami menerjang pada pukul 21.30 WIB saat band tersebut membawakan lagu kedua. Posisi panggung tepat membelakangi laut.
"Kejadian berlangsung saat baru lagu kedua Seventeen menghibur penonton. Air pasang naik ke permukaan dan menyeret seluruh orang yang ada di lokasi. Sayangnya saat arusnya surut, anggota kami ada yang bisa menyelamatkan diri, sementara sebagian tidak menemukan tempat berpegangan," ungkap Yulia.
NEW: Video shows a tsunami crashing into a venue in Indonesia where the band Seventeen was performing https://t.co/4P9zDCRkKC pic.twitter.com/q9RYOaPTt8
— BNO News (@BNONews) December 23, 2018
Baca Juga : Tsunami di Banten dan Lampung, BMKG: Bukan Karena Gempa Bumi
Akibat peristiwa tersebut, pemain bass Seventeen, M Awal Purbani (Bani), serta sang manajer, Oki Wijaya, tewas. Gitaris Seventeen, Herman Sikumbang, pemain drum Andi Windu Darmawan, Ujang yang merupakan kru, dan istri dari vokalis Ifan yang bernama Dylan Sahara, masih belum ditemukan hingga saat ini.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, korban tsunami Banten dan Lampung terus bertambah. Hingga Minggu (23/12), pukul 10.00 WIB, tercatat ada 62 korban meninggal, 584 luka-luka, dan 20 orang hilang.
Evakuasi korban tsunami di Selat Sunda terus dilakukan oleh tim gabungan. Jumlah korban terus bertambah. Hingga 23/12/2018 pukul 10.00 WIB tercatat 62 orang meninggal dunia, 584 orang luka & 20 orang hilang. Ratusan rumah dan bangunan rusak. Alat berat dikerahkan untuk evakuasi. pic.twitter.com/DYUbxGzPmw
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) December 23, 2018
Saat tsunami datang, memang sulit untuk tetap tenang. Gelombang air yang tinggi membuat siapa pun yang melihatnya, menjadi ketakutan dan panik. Meski begitu, Anda harus tetap berusaha bertahan hidup dan menyelamatkan diri. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan:
- Jika berada di laut saat tsunami datang, bergeraklah ke tengah dan jangan mengarah ke pantai. Sebab, tinggi gelombang di laut, jauh lebih rendah dibanding pada pesisir.
- Sementara itu, jika Anda berada di pinggir pantai saat tsunami terlihat, berlarilah ke wilayah yang lebih tinggi atau memanjat pohon kelapa. Begitu gelombang pertama mulai surut, tetap berada di tempat tinggi karena biasanya tsunami datang lebih dari satu gelombang. Dan gelombang selanjutnya bisa saja lebih besar.
- Hindari sungai dan jembatan saat tsunami menerjang. Aliran air tsunami akan lebih kuat saat berada di atas sungai.
- Jangan menggunakan mobil untuk evakuasi. Mobil akan sulit menembus kerumunan orang yang memadati jalan dan berusaha menyelamatkan diri. Selain itu, jika kita terjebak di dalam mobil, akan sulit membuka pintu nantinya karena tekanan air yang besar. Kalaupun berhasil membuka jendela, air akan memenuhi mobil dan membuat Anda tenggelam. Belum lagi ada tubrukan benda-benda lain yang bisa menghancurkan mobil.
- Apabila tidak berhasil berlindung di area tinggi, sebisa mungkin tetaplah berada di atas air. Anda bisa menggunakan objek-objek yang mengambang seperti kasur, bantal, potongan kayu, batang pohon, jeriken, dan ban bekas, sebagai ‘pelampung’.
- Anda harus melakan harta benda saat tsunami datang karena gelombang datang sangat cepat. Membawa harta benda dan banyak barang akan menyulitkan kesigapan proses evakuasi.
Source | : | Kompas.com,UNESCO |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR