Nationalgeographic.co.id - Semua mata tertuju pada Korea Selatan ketika negara tersebut menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2018. Namun, drama berlanjut saat Korea Utara, tetangganya yang selalu bermusuhan, secara tak terduga ikut bergabung.
Meskipun Korea Selatan dan Utara sudah sepakat untuk melakukan pawai bersama di ajang olahraga tersebut–bahkan menggabungkan tim hoki es mereka atas nama “olimpiade perdamaian”–pada kenyataannya, negara ini telah terpisah dan berkonflik selama 70 tahun.
Semenanjung Korea menjadi korban dari meningkatnya Perang Dingin antara dua negara terkuat: yakni, Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Satu Korea
Selama berabad-abad sebelum terpecah, semenanjung Korea menjadi satu dan dipimpin oleh dinasti kerajaan. Namun, saat dijajah Jepang (setelah perang Rusia-Jepang) pada 1905, Korea mengalami gejolak selama 35 tahun. Berlangsung sampai akhir Perang Dunia II, saat pembagian dua negara dimulai.
Baca Juga : Sejarah Jatinegara, Medan Pertumpahan Darah Prajurit Inggris, Belanda, dan Prancis
“Keputusan dibuat tanpa melibatkan orang-orang Korea. Hanya dari Uni Soviet dan Amerika Serikat. Mereka membagi Korea menjadi dua wilayah kependudukan,” papar Michael Robinson, profesor East Asian Studies and History di Indiana University.
Mengapa Korea terbagi?
Pada Agustus 1945, dua negara superpower tersebut, membagi kekuasaan atas Semenanjung Korea. Selama tiga tahun ke depan (1945-1948), tentara dan perwakilan Soviet, membangun rezim komunis di wilayah utara. Sementara di bagian selatan, pemerintah militer dibentuk–sepenuhnya didukung oleh Amerika Serikat.
Saat kebijakan Soviet ditujukan untuk para buruh dan petani, warga Korea kelas menengah terbang ke selatan. Di sana, rezim yang didukung Amerika Serikat jelas disukai oleh para antikomunis dan pendukung sayap kanan.
“Tujuan utamanya adalah membiarkan orang-orang Korea menyelesaikan sendiri masalahnya. Namun, Perang Dingin turut campur tangan….Dan segala sesuatu yang dicoba untuk menemukan jalan tengah untuk menyatukan kembali semenanjung itu digagalkan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat. Mereka tidak ingin menyerah satu sama lain,” papar Robinson.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | History.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR