Nationalgeographic.co.id - Sebagian dari Anda mungkin merasa tidak dapat memulai hari tanpa secangkir kopi. Atau bahkan dua cangkir kopi. Sementara itu banyak juga orang yang hanya mengonsumsi kopi untuk sekadar pemuas rasa.
Apa yang menyebabkan sebagian orang mengonsumsi kopi lebih banyak dari orang lain?
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Scientific Reports melaporkan hasil studi mengenai adanya gen yang dapat menjelaskan perilaku tersebut.
Baca Juga : Seekor Paus Terdampar di Bali, Ditemukan dengan Kondisi Gigi Hilang
Sekelompok peneliti yang terlibat melakukan penelitian penyebaran gen dengan cara menguji DNA dan mengindentifikasi gen yang disebut dengan PDSS2. Gen ini memiliki peran dalam memainkan metabolisme kafein.
Para peneliti bertanya kepada lebih dari 1.200 orang mengenai jumlah kopi yang mereka konsumsi. Kemudian para peneliti membandingkan hasil genetik pada 1.731 orang di Belanda.
Hasilnya? Mereka menemukan bahwa orang-orang yang memiliki gen PDSS2 tidak meminum kopi dalam jumlah banyak. Gen ini bertindak untuk meregulasi produksi protein yang memetabolisme kafein pada tubuh.
“Hipotesis penelitian ini adalah orang-orang dengan tingkat gen PDSS2 yang tinggi memiliki metabolisme pada kafein yang lebih rendah. Itulah alasan mengapa mereka tidak minum kopi begitu banyak,” ujar penulis penelitian, Nicola Pirastu dari University of Trieste di Italia. “Mereka harus lebih sering mengurangi kopi agar bisa merasakan efek positif dari kafein, seperti terjaga atau tidak merasa lelah.”
Baca Juga : Kisah Suku Nenet yang Hidup Di Tepi Dunia dan Terancam Perubahan Iklim
Penelitian ini sebenarnya bukanlah penelitian pertama yang menghubungkan genetika dengan kebiasan minum kopi. Sebuah penelitian pada tahun 2014 juga pernah menganalisa gen milik lebih dari 120.000 peminum kopi dan menemukan enam gen serupa yang berhubungan dengan respons seseorang terhadap kafein.
Kopi berhubungan dengan sejumlah manfaat bagi kesehatan, seperti pembuluh darah yang lebih sehat, risiko diabetes yang lebih rendah, dan potensi usia yang lebih lama. Namun hal ini ternyata diterima dengan respons yang berbeda-beda pada setiap orang.
Source | : | Scientific Reports |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR