Nationalgeographic.co.id – Indonesia berada di sabuk cincin api, yang terdiri dari gunung api aktif. Lantas, bagaimana dengan desa yang tertimbun karena letusan gunung berapi itu?
Selain di wilayah tropis Indonesia, ada satu contoh lagi tentang desa yang terkubur material letusan gunung berapi di pedesaan di Selandia Baru. Nama desa itu adalah Desa Te Wairoa.
Kisah itu bermula pada 1848. Ketika itu, Desa Te Wairoa mulai berdiri. Namun, perjalanan kisah desa ini harus berakhir karena letusan gunung berapi Tarawera di Selandia Baru.
Gunung berapi Tarawera mengubur desa unik ini dan menjadikannya puing-puing vulkanik yang bertahan hingga 40 tahun.
Keunikan desa ini adalah dibangun seperti whares (tempat tinggal sederhana) berhiaskan taman-taman berpagar seperti di pedesaan Inggris.
Baca Juga: Mengapa Letusan Tambora Menjadi yang Paling Mematikan Dalam Sejarah?
Foto-foto awal, serta temuan arkeologi menunjukkan perkembangan desa menjadi kombinasi yang luar biasa dari pemukiman tradisional Maori dan Inggris.
Hal itu juga mengakibatkan pencampuran ciri-ciri arsitektural dari dua kebudayaan.
Sebelum letusan pada 1886 terjadi, pada 1852 di desa ini didirikan sebuah sekolahan.
Selain itu, Pendeta Spencer, misionaris Kristen juga memperkenalkan gandum ke lembah Te Wairoa dan penggilingan tepung didirikan di samping Aliran Te Wairoa pada tahun 1857.
Baca Juga: Siapakah Lelaki Eropa Pertama yang Mendaki Puncak Gunung Gede?
Gereja Te Mu juga didirikan dan selesai pada 1862.
Dari 1865 hingga 1870, banyak sengketa tanah antara Maori terjadi.
Akibatnya, Maori lokal mundur kembali ke Kariri Point dan Spencer meninggalkan Te Wairoa pada tahun 1870 untuk bersama keluarganya.
Pada 1886, Te Wairoa sudah menjadi objek wisata yang populer dengan hotel-hotel dan jalan-jalan yang mengarah pada sebuah wisata alam yang indah.
Namun, pada tengah malam tanggal 10 Juni, rakyat Te Wairoa dibangunkan oleh serangkaian gempa bumi kecil.
Tak selesai di situ, gempa bumi yang jauh lebih besar juga mengikuti dengan akhirnya ledakan besar-besaran.
Baca Juga: Gunung Agung Kembali Meletus, NASA Anggap Letusan Gunung Agung Sebagai Kabar Bahagia
Selama lebih dari empat jam, batu, abu dan lumpur terus-terusan membombardir desa.
Desa Te Wairoa pun terkubur di bawah lapisan lumpur setinggi 121cm.
Letusan itu telah memakan korban jiwa sebanyak 153 orang dan menjadi bencana alam terbesar Selandia Baru.
Selama bertahun-tahun setelah letusan, rumah-rumah orang Maori yagn disebut Hinemihi ditemukan mengeras.
Namun bangunan yang ditemukan ini, pada akhirnya dijual ke Gubernur Jenderal Selandia Baru dan dikirim ke Inggris untuk ditempatkan di Taman Clandon, Surrey.
Usai bencana, tata ruang desa Te Wairoa mulai dibangun lagi pada 1906.
Situs itu kemudian dikembangkan oleh Keluarga Smith untuk dijadikan objek wisata.
Pada tahun 1999, sebuah museum pun ditambahkan yang dapat mengungkap bagaimana budaya Maori dan Eropa terintegrasi selama fase perkembangan sosial Selandia Baru ini. (Muflika Nur Fuaddah/Intisari)
Penulis | : | Buried Village |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR