Yoga (25) sedang duduk di depan sebuah rumah yang menjadi tempat berkumpul para penari Jaran Kepang di Dusun Lamuk Gunung, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. Ia telah selesai berias dan sudah menggunakan kostum tari Jaran Kepang Kolaborasi lengkap, sementara rekannya yang lain masih merias wajahnya masing-masing.
Yoga merupakan anggota karang taruna Dusun Lamuk Gunung. Ia bersama rekannya yang lain akan menampilkan tari Jaran Kepang Kolaborasi.
Baca Juga: Schumanniade, Gempita Sang Maestro Romantik di Jantung Jakarta
Jaran Kepang di dusun ini mempunyai tiga macam tari, "pertama Jathilan versi Jaran Kepang paling kuno yang ada di dusun sini, lalu Tari Idakeb, dan Jaran Kepang Kolaborasi," ujar Tri Supono, Perwakilan dari Karang Taruna Dusun Lamuk Gunung.
"Tari idakeb adalah yang asli dari Temanggung sini," ujarnya menambahkan.
"Jaran Kepang dengan berkembangnya zaman, kita Jaran Kepang dari Temanggung sini dikolaborasi dengan tari Bali, tari Ponorogo, dan lain sebagainya," ucapnya lagi.
Jaran kepang bukan hanya tarian, namun sekaligus menjadi ajang bersosialisasi dan berkreasi yang terus berkembang seiring zaman dengan sentuhan akulturasi dan asimilasi.
Perkembangan ini rupanya dinilai oleh para pemerhati seni budaya sebagai cukup membahayakan identitas asli Temanggung jika tidak dibarengi dengan penguatan pondasi pengetahuan, filosofi, dan nilai asli jaran kepang khas Temanggung.
Berangkat dari kekhawatiran tersebut, Festival Sindoro Sumbing memberikan wadah bagi pegiat seni Jaran Kepang, budayawan, penulis, pengrajin kostum, dan generasi penerus dengan cara yang tetap dekat dengan masyarakat yaitu Sarasehan Budaya dan Workshop Kostum Jaran Kepang yang diadakan di Dusun Lamuk Gunung pada 25 hingga 27 Juni 2019.
Festival Sindoro Sumbing yang sudah digelar sejak 9 Juni hingga 25 Juli 2019 berupaya memperkuat eksosistem kebudayaan lokal dari masyarakat sekitar Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yaitu Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo.
Festival ini didukung wadah Indonesiana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang dilaksanakan secara gotong-royong antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak swasta.
Penulis | : | Warsono |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR