Nationalgeographic.co.id - Mendaki gunung bisa menjadi alternatif liburan untuk melepas penat sekaligus menyicipi adrenalin alam bebas.
Tapi kegiatan ini bukan jalan-jalan biasa, menyusuri bukit indah sambil menengok ke kanan dan ke kiri penuh dengan pohon cemara. Pendakian gunung masuk dalam kategori olahraga ekstrem.
Cuaca dan kondisi gunung yang tidak bisa ditebaklah alasan mengapa mendaki gunung perlu dipersiapkan dengan matang. Kalau tidak, gejala hipotermia sangat mungkin bisa menyerang siapapun, pendaki senior maupun pemula.
Banyak media memberitakan kabar tentang pendaki gunung perempuan yang terkena hipotermia ditangani dengan cara disetubuhi, agar suhu tubuhnya kembali normal.
Baca Juga: Kenali Ragam Gejala Hipotermia Saat Mendaki Gunung
Kepala Basarnas, Suhri Sinaga mengonfirmasi melalui Kompas.com bahwa mengatasi hipotermia dengan cara disetubuhi adalah cara sesat!
"Tidak ada itu metode menyetubuhi, itu ajaran sesat," ucap Sinaga.
Hipotermia adalah suatu kondisi tubuh yang mengalami kesusahan adaptasi dengan tekanan suhu dingin. Atau dengan kata lain, tubuh gagal mengalami aklimatisasi.
Pada tingkat terparahnya, seluruh kerja tubuhnya akan menurun dan mengalami kematian.
Suhu gunung yang ekstrim membuat suhu tubuh meningkat drastis, hal ini akan membuat tubuh korban menggigil, kaku, hingga mengalami pingsan.
Tubuh menggigil adalah cara tubuh dalam menyeimbangkan suhu lingkungan yang rendah dengan suhu tubuhnya, agar tetap hangat.
Baca Juga: Ingin Mendaki Gunung? Berikut 7 Hal yang Perlu Kita Persiapkan
Penanganan Hipotermia
Bawa korban ke tempat hangat, entah itu shelter darurat atau tenda, untuk melindungi korban dari angin, hujan, dan dingin.
Bila korban masih bisa membuka mulutnya untuk menerima makanan dan minuman, berikan makan dan minum untuk membantu korban mengembalikan suhu normal tubuhnya.
Perhatikan pakaian korban, jika ada yang basah, langsung ganti dengan yang kering. Kenakan pakaian hangat sebanyak mungkin. Kemudian kenakan kantong tidur atau selimut thermal dan satu hal yang penting: korban harus terus diajak komunikasi.
Baca Juga: Peneliti: 'Denyut' dari Gunung Berapi Bisa Prediksi Letusan Berikutnya
Jika korban sudah mengalami kondisi terparahnya, seperti korban tak kunjung sadar, tubuh membeku, dan terus menggigil. Lakukan metode skin to skin.
Skin to skin sebaiknya dilakukan dengan jenis kelamin yang sama atau yang sudah mahram. Karena metode ini harus dilakukan dengan badan telanjang dan saling berpelukan dalam selimut, untuk menyalurkan panas kepada tubuh korban.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mahmud Zulfikar |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR