Nationalgeographic.co.id - Lihatlah ke langit malam yang cerah. Anda dapat melihat beberapa formasi melingkar di permukaan benda angkasa tetangga kita, Bulan. Ini adalah kawah tumbukan, yang berbentuk cekungan melingkar yang dapat ditemukan di permukaan planet-planet.
Sekitar satu abad yang lalu, mereka diduga ada di Bumi meski asal kosmiknya sering dicurigai dan sebagian besar ahli geologi percaya bahwa kawah itu berasal dari gunung berapi.
Sekitar tahun 1960, ahli astrogeologi Amerika Gene Shoemaker, salah satu pendiri ilmu keplanetan, mempelajari dinamika pembentukan kawah di Bumi dan permukaan planet. Dia menyelidiki mengapa planet-planet–termasuk Bulan kita--begitu dipenuhi kawah.
Pada tahun 1970, ada lebih dari 50 kawah ditemukan di Bumi, tapi penemuan itu masih dianggap kontroversial, sampai gambar permukaan Bulan dibawa oleh misi Apollo mengonfirmasi bahwa kawah tumbukan adalah proses geologis umum yang terjadi di luar Bumi.
Tidak seperti permukaan Bumi, permukaan Bulan dipenuhi dengan kawah. Ini karena Bumi adalah planet yang dinamis, di mana gempa tektonik, gunung berapi, angin, dan lautan melawan terbentuknya kawah-kawah yang di permukaannya.
Itu tidak berarti Bumi–bahkan Australia–belum pernah terbentur batuan dari ruang angkasa.
Planet kita seharusnya dihantam oleh lebih banyak batu dari luar angkasa ketimbang yang dialami Bulan, sederhananya karena planet kita berukuran lebih besar.
Berbeda dengan Bumi, Bulan kita tidak aktif selama rentang waktu geologis yang panjang serta tidak memiliki atmosfer, yang memungkinkan kawah tumbukan bertahan selama ribuan tahun. Kawah Bulan merekam seluruh sejarah tumbukan yang terjadi dari asal mula Bulan terbentuk hingga saat ini.
Kawah tumbukan terbesar dan tertua di tata surya diyakini berada di Bulan, dan disebut cekungan Kutub Selatan Aitken, tapi kita tidak dapat melihatnya dari Bumi karena ia berada di sisi jauh Bulan. Posisi Bulan terkunci pada rotasi Bumi sehingga sisi yang sama selalu menghadap ke arah kita.
Akan tetapi kawah ini, yang lebarnya lebih dari 2.000 kilometer, terbentuk sebelum adanya tumbukan besar lainnya yang terjadi selama evolusi Bulan. Simulasi tumbukan menunjukkan bahwa kawah Aitken dibentuk oleh asteroid berukuran 150-250 km yang meluncur ke Bulan dengan kecepatan 15-20 km per detik!
Dari Bumi, mata manusia dapat mengamati area berwarna abu-abu yang tampak berbeda dari permukaan Bulan yang menghadap kita. Daerah gelapnya disebut maria, dan lebarnya dapat mencapai lebih dari 1.000 km.
Daerah gelap itu adalah endapan vulkanik yang membentuk lekukan yang diciptakan dari tumbukan besar di Bulan. Letusan gunung berapi ini aktif selama jutaan tahun setelah tumbukan ini terjadi.
Favorit saya adalah cekungan Orientale, kawah tumbukan termuda di Bulan, tetapi diperkirakan terbentuk “hanya” sekitar 3,7 miliar tahun yang lalu.
Tidak ada peristiwa tumbukan besar lainnya yang terjadi di Bulan sejak saat itu. Ini adalah pertanda baik, karena ini menyiratkan tidak ada tubrukan sangat besar yang terjadi di Bumi setelah masa ini dalam sejarah evolusi. (Asteroid yang memusnahkan dinosaurus di Bumi 66 juta tahun yang lalu hanya berukuran sekitar 10-15 km dan meninggalkan kawah yang lebih besar dari ukuran 150 km, yang cukup besar untuk menyebabkan kepunahan massal.)
Dengan teleskop kecil, atau teropong mewah, Anda dapat melihat beberapa kawah kompleks di Bulan, seperti Tycho atau kawah-kawah Copernicus.
Mereka disebut kawah kompleks karena mereka tidak sepenuhnya berbentuk seperti mangkuk, tapi sedikit dangkal dan memiliki puncak di tengah kawah sebagai dampak dari bahan yang runtuh ke dalam lubang yang dibuat selama tumbukan. Tycho dan Copernicus keduanya berukuran 80-100 km, tetapi memiliki puncak yang spektakuler dan “sinar ejecta” yang menonjol - daerah tempat material dikeluarkan di permukaan Bulan setelah tumbukan.
Pembentukan kawah-kawah ini menghasilkan material dasar yang lebih terang dari permukaan sebenarnya. Ini karena permukaan Bulan mengalami pelapukan luar angkasa, yang menyebabkan batuan permukaan menjadi gelap.
Misi Apollo 12, 14, 15, dan 16 menempatkan beberapa stasiun seismik di Bulan antara tahun 1969 dan 1972. Mereka menciptakan jaringan seismik ekstraterestrial pertama (ALSEP). Selama satu tahun beroperasi, lebih dari 1.000 peristiwa seismik dicatat, yang 10% dari jumlah itu dikaitkan dengan tumbukan meteoroid.
Jadi Bulan masih ditabrak oleh benda-benda angkasa, meski sebagian besar benda kecil. Namun karena tidak ada atmosfer di Bulan, tidak ada gas untuk membantu membakar batu-batu ini dari luar angkasa dan menghentikannya menabrak Bulan.
Jaringan seismik masih berfungsi hingga kemudian dimatikan pada 1977, dalam persiapan untuk misi ruang angkasa baru. Tidak ada yang menyangka bahwa seismometer ekstraterestrial yang beroperasi penuh berikutnya tidak akan ditempatkan di permukaan planet (Mars) sampai 40 tahun kemudian.
Saat ini, dari Bumi, menggunakan teleskop kecil,, dengan disertai kesabaran, Anda dapat melihat apa yang disebut “kilasan tumbukan”, yang merupakan tumbukan meteorit kecil pada permukaan Bulan yang menghadap kita.
Berkat atmosfer di Bumi, batu-batu berukuran serupa dari ruang angkasa tidak dapat menabrak Bumi secara langsung karena mereka cenderung terbakar. Namun di Bulan, mereka menabrak permukaannya dan melepaskan energi kinetik dari tumbukan melalui emisi panas yang membara.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR