Nationalgeographic.co.id – Jika Anda suka meminum teh celup, kemungkinan ada banyak mikroplastik di dalam tubuh Anda.
Pasalnya, sebuah studi terbaru menemukan fakta bahwa satu kantong teh celup pada air mendidih dengan suhu pembuatan 95 derajat Celcius, dapat melepaskan sekitar 11,6 miliar mikroplastik dan 3,1 miliar nanoplastik ke dalam satu cangkir.
Saat ini, diperkirakan manusia mengonsumsi lebih dari 74.000 partikel mikroplastik dalam setahun. Jika ini benar, maka jumlah yang ada pada teh celup merupakan ratusan ribu kali lipatnya.
Baca Juga: Pembalut Sekali Pakai, Penyumbang Sampah yang Juga Berdampak Buruk Bagi Lingkungan
Mikroplastik sendiri merupakan partikel plastik yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Selama bertahun-tahun, sebagian teh celup terbuat dari kertas, tapi belakangan ini, beberapa perusahaan telah menggunakan jerat plastik di dalamnya.
Menurut para peneliti dari McGill University, suhu lebih dari 40 derajat Celcius dapat merusak plastik, bahkan plastik food-grade sekalipun. Berangkat dari masalah inilah, mereka kemudian berusaha menyelidiki bagaimana kandungan mikroplastik pada teh celup.
Peneliti mengumpulkan empat merek teh celup, memisahkan daun teh dari bungkusnya, kemudian membilasnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa apa pun yang mereka temukan tidak berasal dari teh.
Untuk setiap merek yang diuji, tiga kantung teh kosong ditempatkan dalam satu botol gelas bersih, dan direndam dalam 10 mililiter air bersuhu 95 derajat Celcius selama 5 menit. Kemudian, kantong teh dipindahkan dan air dituang ke dalam wadah kaca bersih.
Gambar mikroskop elektron yang diambil dari kantung teh sebelum dan setelah diseduh, serta komposisi kimianya, dianalisis menggunakan Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR).
Baca Juga: Bersiaplah, Bumi yang Makin Panas Bikin Tanah Kehilangan Kemampuan untuk Menyerap Air
Hasilnya menunjukkan bahwa kantung teh mengalami keretakan dan degradasi yang signifikan setelah diseduh. Selain itu, para peneliti juga menemukan banyak mikro dan nanopartikel plastik di dalam air.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Celine Veronica |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR