Dalam beberapa kasus, informasi itu sebenarnya berharga, dan dalam kasus lain, ada yang menganggap informasi itu tidak begitu berharga. Namun studi menunjukkan, peserta mencari informasi berdasarkan manfaat dan antisipasi dari manfaatnya.
Maksudnya, meski sebagian besar pilihan didasarkan pada berapa banyak uang yang bisa dimenangkan oleh mereka jika mengetahu informasi yang ditawarkan, tetapi banyak peserta memilih untuk melihat informasi terlepas dari target uang yang dimenangkan tersebut.
"Mereka melakukan antisipasi yaitu memilih membayar untuk sebuah informasi untuk memperbesar peluang menangnya bagi mereka, dan antisipasi (informasi) tersebut sebagai hadiah yang lebih menyenangkan atau dianggap lebih berharga," kata Hsu.
Hubungan neuron antara informasi dan uang
Ketika pemindaian otak dianalisis, para peneliti menemukan bahwa informasi yang berkontribusi pada pengetahuan peluang menang judi berhasil mengaktifkan bagian otak yang sama yang bertanggungjawab untuk penilaian, disebut Striatum dan Ventromedical Prefrontal Cortex (VMPFC).
VMPFC merupakan area otak atau tempat sistem hadiah penghasil dopamin distimulasi. VMPFC juga merupakan tempat dopamin dilepaskan melalui pemikiran dan keinginantahuan tentang makanan, narkoba, dan uang.
Dengan memanfaatkan teknik pembelajaran mesin yang dikenal sebagai Support Vector Regression, para peneliti menemukan kode saraf yang sesuai dengan respon otak terhadap uang dan kode saraf terhadap rela membayar demi sebuah informasi dalam penelitian di atas adalah sama. Ini berarti sejauh menyangkut apa yang ada di otak manusia, alhasil sebuah informasi dapat ditransmisikan ke dalam uang.
"Kita dapat melihat ke dalam pemikiran di otak dan memberi tahu seberapa besar seseorang itu menginginkan sepotong informasi, dan kemudian kita terjemahkan aktivitas otak itu ke dalam jumlah uang," ujarnya.
Baca Juga: Inilah Enam Hal yang Terjadi Pada Tubuh Setelah Kematian
Kecanduan informasi internet
Nah, penelitian di atas berpotensi mengungkap kenapa begitu banyak orang yang terhubung ke internet dan menjadi kecanduan internet. Di mana hal ini membuat manusia terus-menerus mencari informasi di internet, terlepas dari penting atau tidak terhadap kehidupannya.
"Sama seperti junk food, ini mungkin situasi di mana mekanisme adatif yang sebelumnya dieksploitasi sekarang, karena kita memiliki akses yang belum pernah terjadi sebelumnya ke keinginantahuan yang baru," ucapnya.
Kecanduan internet telah dilihat sebagai masalah dan kebiasaan yang sulit dibuang. Namun, penelitian ini secara tidak langsung mengungkap kenapa manusia tidak bisa berhenti dari kecanduan internet. Bahkan hal itu bisa jadi karena hubungan kecanduan informasi dari internet sebagai sistem rangsangan terhadap kinerja dopamin di otak sangatlah kuat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Kenapa Kita Kecanduan Menjelajah Internet Tanpa Tujuan". Penulis: Ellyvon Pranita.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR