Nationalgeographic.co.id - Tulang itu mengagumkan. Orang kadang tidak tahu tulang itu jaringan hidup. Sudah banyak diketahui bahwa tulang memiliki kemampuan memperbaiki diri setelah patah atau retak. Namun tulang juga terus luruh dan dibentuk ulang sebagai respons aktivitas sehari-hari; ini adalah proses yang kita sebut remodelling
Berikut beberapa fakta lain tentang tulang rangka.
Buku sekolah mengajarkan ada 206 tulang dalam kerangka manusia. Tapi bayi lahir dengan lebih dari 300 tulang, yang terbuat dari tulang rawan, yang kemudian mengalami proses mineralisasi pada tahun-tahun usia pertama, dan beberapa tulang kemudian menyatu.
Beberapa orang terlahir dengan tulang tambahan, misalnya sepasang tulang rusuk ke-13 atau jari tambahan. Ada orang yang memiliki tambahan tulang selama hidupnya. Sebuah penelitian baru menemukan bahwa fabella, sebuah tulang kecil berbentuk kacang merah yang ada di belakang lutut kini semakin banyak ditemui seiring membaiknya nutrisi dan bertambahnya berat badan manusia.
Perubahan tinggi badan pada tahun pertama seorang anak adalah yang paling cepat. Kita mencapai tinggi badan dewasa saat pertengahan atau akhir masa remaja. Namun, walaupun tulang kita berhenti tumbuh, tinggi badan kita masih bisa berubah.
Di persendian (tempat dua tulang bertemu), ada lapisan tulang rawan yang menyelimuti tulang. Tulang rawan adalah lapisan jaringan seperti karet yang terdiri atas air, kolagen, proteoglikan, dan sel-sel. Sepanjang hari, tulang rawan, terutama di tulang belakang, tertekan karena gravitasi. Ini berarti saat kita mau tidur, tinggi badan kita berkurang. Namun, setelah berbaring selama beberapa waktu, tulang rawan akan kembali ke ukuran semula. Ketiadaan gravitasi di luar angkasa memiliki pengaruh sebaliknya pada astronot; mereka bertambah tinggi 3% setelah berada di luar angkasa.
Dan tidak hanya tulang rawan – tulang juga bertambah pendek akibat benturan. Penelitian telah menemukan bahwa ketika kita berlari, tibia (tulang kering) memendek sementara sekitar satu milimeter.
Tidak semua tulang dalam tubuh terhubung satu sama lain. Tulang hyoid adalah satu-satunya yang tidak menempel pada tulang lain.
Tulang hyoid ini berbentuk U, berada di dasar lidah dan ditopang otot dan ligamen di bawah pada dasar tengkorak dan di atas pada tulang rahang. Tulang ini memungkinkan manusia (dan nenek moyang Neanderthal kita) untuk berbicara, bernapas, dan menelan.
Tulang hyoid sangat jarang ditemukan patah, dan bila ditemukan retakan pada tulang hyoid saat otopsi, itu menjadi indikasi pencekikan atau penggantungan leher.
Tulang yang panjang, seperti tulang paha, diisi oleh sumsum tulang yand terdiri atas sel-sel lemak, darah, dan imun. Pada anak-anak, sumsum tulang berwarna merah, menunjukkan perannya dalam pembuatan sel darah. Pada dewasa, sumsum tulang berwarna kuning dan mengandung 10% dari seluruh lemak dalam tubuh orang dewasa. Dulu, sel lemak sumsum tulang dianggap sekadar sebuah pengisi ruang, namun ilmuwan kini mempelajari bahwa lemak dalam tulang memiliki peran penting dalam fungsi metabolisme dan endokrin.
Tulang terkecil dalam tubuh manusia adalah malleus (palu), incus (landasan), dan stapes (sanggurdi). Tulang-tulang ini dikenal sebagai ossicles (bahasa Latin, artinya tulang-tulang kecil) dan berfungsi menyalurkan getaran suara di udara ke cairan di telinga bagian dalam. Bukan hanya tulang terkecil, tapi tulang-tulang ini juga satu-satunya yang tidak berubah bentuk setelah usia satu tahun. Ini penting karena perubahan bentuk dapat mempengaruhi pendengaran.
Tulang-tulang ini juga penting dalam kasus arkeologi dan forensik. Tulang-tulang ini terbentuk saat kita berada di dalam janin, sehingga analisis isotop dapat menyediakan informasi soal pola makan dan kesehatan ibu dalam identifikasi kerangka dewasa.
Di dalam tubuh manusia, sistem saraf simpatik adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempersiapkan diri menghadapi aktivitas intensif. Ini sering disebut sebagai respons lawan-atau-lari dan berhubungan dengan pelepasan hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap situasi yang menyebabkan stres. Tapi baru-baru ini, peneliti mengindentifikasi osteocalcin, sebuah hormon yang dikeluarkan oleh sel-sel pembentuk tulang, sebagai pemeran penting dalam respon terhadap stres.
Tikus yang dibiakkan tanpa kemampuan menghasilkan osteocalcin tidak memiliki respons lawan-atau-lari dalam situasi penuh tekanan dibanding tikus normal. Para peneliti juga memeriksa kadar osteocalcin pada manusia; kadar ini ditemukan meningkat dalam darah dan urin setelah peserta penelitian dihadapkan pada stres. Akhirnya, ditemukan bahwa osteocalcin menghentikan mekanisme sistem saraf parasimpatik istirahat-dan-mencerna, sehingga memungkinkan aktivasi respon lawan-atau-lari.
Karena kita telah tahu lama bahwa fungsi jasmani kerangka adalah untuk melindungi tubuh–misalnya, tulang rusuk melindungi organ-organ paling penting–maka tidak mengejutkan bila tulang juga memiliki fungsi fisiologis untuk menjaga kita tetap aman.
Penulis: Adam Taylor, Professor and Director of the Clinical Anatomy Learning Centre, Lancaster University dan Rebecca Shepherd, PhD Candidate, Lancaster University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR