Namun kondisi ini langka apabila dibandingkan dengan jumlah orang yang bermain permainan daring tanpa dampak serius.
Dan dalam hal keterlibatan, meski waktu yang dihabiskan pada penggunaan layar meningkat, sebagian besar anak-anak masih mampu belajar, berteman, dan terus menjalani kehidupan yang produktif.
Seiring makin banyaknya interaksi kita beralih dari yang tradisional - tatap muka - ke dunia daring, menurut saya, kita harus menyadari bahwa di beberapa bidang, kekayaan dan keterlibatan juga mungkin meningkat.
Rekan dapat bekerja bersama dari jauh, teman dapat tetap berhubungan tanpa batasan dan kakek-nenek dapat secara langsung berinteraksi dengan cucu-cucu mereka tanpa perlu menjadwalkan kunjungan atau melalui orang tua mereka.
Bahasa berubah ketika interaksi kita terjadi dalam waktu yang singkat, dan memungkinkan kita untuk terhubung dengan cara yang lebih santai. Humor berubah seiring kita dapat menambahkan visual - gambar, emoji, GIF, meme - ke dalam pesan kita. Bahkan video game daring dapat menjadi portal untuk meningkatkan interaksi sosial bagi sebagian orang.
Mungkin cara terbaik untuk mengevaluasi waktu yang dihabiskan untuk ponsel kita adalah dengan menanyakan dua pertanyaan terkait.
Pertama, apa yang kita lakukan dengan waktu yang kita habiskan dengan ponsel kita, dan apakah itu konsisten dengan nilai dan prioritas kita?
Jika kita merasa bahwa kita dan anak-anak kita menikmati waktu di depan layar tanpa mengorbankan waktu tidur, kerja atau interaksi langsung, kita mungkin tidak perlu terlalu khawatir. Untuk membantu masalah ini, alat dan aplikasi yang dapat melacak waktu layar (screen time) kita dan memberi tahu perhatian kita habis di mana saja - atau bahkan membatasi penggunaan tersebut - makin banyak tersedia.
Kedua, apa saja titik buta (blind spots) kita terkait di mana dan bagaimana penggunaan ponsel mungkin membatasi hidup kita selamanya?
Sebagian besar dari kita menyadari bahwa kita seharusnya tidak menggunakan ponsel sebelum tidur - atau, lebih buruk lagi, ketika mengemudi atau menyeberang jalan - dan kita tahu kita harus mengawasi anak-anak dan remaja kita untuk memastikan bahwa mereka membangun kebiasaan baik, di dalam maupun di luar dunia digital.
Penelitian terbaru menunjukkan beberapa pelajaran. Misalnya, ternyata kita tidak semampu yang kita kira dalam hal multitasking: Kita biasanya buruk dalam memberikan perhatian pada dua tugas ketika kita mencoba melakukan dua hal itu pada waktu yang bersamaan. Seiring waktu, orang yang melakukan hal ini terus-menerus akan memiliki tingkat kesalahan yang lebih besar pada tugasnya, yang mungkin terkait dengan ingatan yang lebih buruk.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR