Nationalgeographic.co.id - Perkembangan coronavirus menjadi pusat penelitian berbagai ilmuwan di dunia karena penyebarannya telah menimbulkan 43.000 kasus di dunia. Para ilmuwan menemukan bahwa virus corona memiliki kesamaan dengan SARS dan MERS, yang mewabah lebih dulu.
Bagaimana virus ini bisa menginfeksi manusia? Peneliti senior Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, David Handojo Muljono, menjelaskan, “Virus adalah mikroorganisme aseluler yang menginfeksi sel makhluk hidup (sel inang). Untuk hidup dan berkembang biak, ia harus berada dalam sel inang karena tidak memiliki perangkat seluler untuk bereproduksi sendiri.”
Ketika virus tidak berada dalam sel inang, ia akan berada dalam bentuk partikel independen atau virion. Virion sendiri terdiri atas materi genetik DNA atau RNA yang diselubungi protein yang disebut nukleokapsid.
Baca Juga: Kenali Lima Penyebab Tak Terduga dari Serangan Jantung Berikut
Coronavirus atau COVID-19 memiliki karakteristik unik, ia merupakan genom terpanjang dari virus lain.
Coronavirus sendiri terdiri dari selubung lipid bilayer (envelope), kemudian di bagian luarnya memiliki bagian yang menyerupai paku. Bagian tersebut adalah glikoprotein, tempat melekatnya virus tersebut untuk mencapai sel inang.
“Bicara tentang masuknya virus, glikoprotein dari coronavirus ini dapat berikatan dengan glikoprotein sel inang secara spesifik untuk memulai terjadinya infeksi,” kata David dalam seminar yang diadakan di LBM Eijkman.
Baca Juga: Kersen, Buah Mungil yang Punya Banyak Manfaat Bagi Kesehatan
Setelah coronavirus mencapai sel inang, virus tersebut meleburkan membrannya dengan membran sel-sel inang. Kemudian virus ditelan masuk oleh permukaan sel inang. Namun coronavirus juga bisa masuk pada sel inang dengan melakukan penetrasi dan menginjeksi ke dalam sel inang.
“Target organ yang paling menderita adalah paru, hati, dan ginjal,” kata David.
“Itulah sebabnya kita jangan sembarang pegang mata, mulut, dan lain-lain. Karena kalau tangan kita membawa virus, itu bisa terserap melalui glukosa dan bisa terjadi penyakit, karena ini reseptornya akan mencari target sasarannya,” imbaunya.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR