Nationalgeographic.co.id - Isaac Newton berusia 20 tahun ketika pagebluk 'The Great Plague' melanda London. Dia belum mendapat gelar "Sir" dan tak mengenakan wig formal putih yang besar. Newton hanyalah seorang mahasiswa di Trinity College Cambridge, London.
Newton menerima gelar sarjana dari Trinity pada Januari 1665 tepat saat wabah turun ke London. Universitas Cambridge ditutup pada 7 Agustus 1665 dan mendorong para cendekiawan residennya untuk melarikan diri ke pedesaan yang berpenduduk kurang padat.
Newton kembali ke pertanian keluarganya di Woolsthrope Manor sampai Universitas dibuka kembali pada akhir 1666. Saat itulah Newton melepaskan kejeniusanya, tulis penulis biografi Philip Steele.
Baca Juga: Berikut Sejumlah Pembaruan dari WHO Terkait Pandemi COVID-19
Masa-masa itu menjadi masa produktif Newton dalam pengembangan ilmu optik dan cahaya, kalkulus, serta hukum gerak dan gravitasi. Mengacu pada Annus Mirabilis karya John Dryden, tahun-tahun itu adalah keajaiban.
Berada di rumah tampaknya tak membuat Newton kehabisan akal. Newton mencoba memecahkan soal-soal matematika dari kampus. Makalah yang ditulisnya itu digadang-gadang sebagai cikal bakal kalkulus yang kita kenal sekarang.
Saat itu pula Newton mendapatkan prisma dan bereksperimen di kamarnya. Bahkan ia membuat lubang kecil di jendela yang menghasilkan sinar cahaya kecil masuk ke kamar. Dari sini ia terpikir untuk mengembangkan ilmu optik dan cahaya.
Tepat di luar jendela rumahnya di Woolsthrope ada pohon apel. Pohon itulah yang menjadi kisah legenda Newton menemukan teori gravitasi saat apel-apel itu berjatuhan di kepalanya.
Walaupun banyak yang menganggap bahwa kisah itu apokrif (diragukan keaslianya). Catatan John Conduitt membenarkan adanya unsur kebenaran dari cerita tersebut. Ungkapan Asisten Newton itu terkutip dalam The Washington Post sebagaimana berikut.
“...Ketika dia sedang merenung di taman, terlintas dalam pikirannya bahwa kekuatan gravitasi (yang membuat sebuah apel jatuh dari pohon ke tanah) tidak terbatas pada jarak tertentu dari bumi saja. Tetapi meluas lebih jauh. "Mengapa tidak setinggi Bulan?" kata Newton pada dirinya sendiri.
The Great Plague di London, merupakan epidemi yang berlangsung selama 1665 hingga 1666. Catatan kota dalam Britannica menunjukan sekitar 68.596 orang meninggal dunia karena wabah. Meskipun jumlah kematian sebenarnya diperkirakan melebihi 100.000 orang.
Wabah ini disebabkan oleh Yersinia pestis, bakteri yang terkait dengan wabah-wabah sebelumnya. Itu bermula di pinggiran kota London, St. Giles-in-the-Fields dan tempat-tempat lain di mana banyak wilayah padat penduduk yang mayoritasnya adalah orang miskin.
Lalu muncul suspek pada musim dingin 1664 yang tidak menyebar secara intensif sampai musim semi 1665. Karena kejadian itu, Raja Charles II dan istana melarikan diri dari London pada awal musim panas dan tidak kembali sampai Februari berikutnya.
Angka kematian menurun pada bulan Desember 1665 ke awal 1666. Hingga sejak 1667 tidak ada epidemi di bagian mana pun di Inggris.
Hilangnya wabah dari London dikaitkan dengan Kebakaran Hebat London pada September 1666. Banyak yang mengatakan bahwa peristiwa itu membuat kasus wabah menurun. Namun Penurunan itu juga dianggap berasal dari karantina yang efektif.
Baca Juga: Berikut Sejumlah Pembaruan dari WHO Terkait Pandemi COVID-19
Sir Isaac Newton telah dikreditkan sebagai ilmuwan yang berkontribusi lebih banyak daripada individu lain dalam sejarah untuk pengembangan ilmu pengetahuan modern.
Kontribusi Newton yang paling signifikan untuk fisika dan astronomi terdapat dalam karya besarnya "Philosophia Naturalis Principia Mathematica" yang ia terbitkan pada tahun 1687 atas biayanya sendiri.
Isinya prinsip gravitasi universal, yang menjelaskan gerakan benda-benda langit dan jatuhnya benda-benda di bumi. Principia menggambarkan hukum gerak Newton, yakni mekanika fluida, gerakan pelanet dan satelitnya, gerakan komet, dan fenomena pasang surut.
Pada 1704, ia juga menerbitkan karya berpengaruh lainnya bernama Opticks yang merinci eksperimen-eksperimen revolusioner yang telah ia lakukan pada sifat-sifat cahaya pada masa endemi. Hingga pada 1705, Ratu Anne menganugerahkan Knighthood pada Isaac Newton.
Sir Isaac Newton meninggal di Kensington, London pada tanggal 31 Maret 1727, dan dimakamkan di Westminster Abbey. Beberapa nama penemuan-penemuan pun diberikan untuk menghormati sosok Newton.
Seperti asteroid 8000 Isaac Newton dan 662 Newtonia. Serta asteroid 2653 Principa yang mengenang risalah monumentalnya, Philosophia Naturalis Principia Mathematica.
Source | : | The Washington Post,britannica.com,openculture.com,historyhustle.com,nmspacemuseum.org,Buku Annus Mirabilis |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR