Pada kematian wabah Black Death abad 14 orang tidak tahu apa yang menyebabkan penyakit itu terjadi dan bagaimana menyembuhkanya. Mereka biasanya menyalahkan penyakit pada amarah Tuhan, setan yang jahat, atau udara yang buruk.
Mereka tidak mempercayai keberadaan virus. Tidak ada yang menyangka bahwa setetes air mungkin bisa mengandung armada penyakit yang mematikan.
Oleh sebab itu, ketika Black Death dan cacar datang, hal yang terbaik yang dipikirkan oleh pihak berwenang adalah mengorganisir doa-doa masal. Sementara yang terjadi ialah ketika orang-orang berdoa bersama mereka terinfeksi secara beramai-ramai.
Selama abad terakhir ini, para ilmuwan, dokter, dan perawat di seluruh dunia mengumpulkan informasi dan sama-sama berhasil memahami mekanisme dibalik epidemi dan bagaimana cara mengalahkanya.
Teori evolusi menjelaskan mengapa dan bagaimana penyakit baru bisa meletus dan penyakit lama menjadi lebih ganas. Seperti yang terjadi pada H1N1 flu Spanyol dan muncul lagi pada flu babi pada tahun 2009. Genetika memungkinkan para ilmuwan memata-matai instruksi patogen itu sendiri.
Hanya butuh waktu dua minggu bagi para ilmuwan untuk mengidentifikasivirus corona baru, mengurutkan genomnya dan mengembangkan tes yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi.
Begitu para ilmuwan memahami apa yang menyebabkan epidemi maka menjadi lebih mudah bagi manusia untuk melawanya. Vaksinasi, antibiotik, peningkatan kebersihan, dan infrastruktur medis yang jauh lebih baik di zaman kiwari.
Pada tahun 1967 misalnya ketika cacar menginfeksi 15 juta orang dan membunuh 2 juta dari mereka. Lalu pada dekade berikutnya kampanye global vaksinasi cacar begitu berhasil. Sehingga pada 1979 WHO menyatakan bahwa umat manusia telah menang dan cacar sepenuhnya dapat diberantas. Sehingga pada 2019 tidak ada satupun orang yang terinfeksi atau terbunuh oleh cacar.
Baca Juga: Kerja Dari Rumah Selama Wabah London, Newton Temukan Teori Gravitasi
Lalu, apa yang diajarkan sejarah kepada kita untuk menghadapi virus corona saat ini?
Yuval Noah Harari meyiratkan pentingnya untuk melindungi diri sendiri dan benar-benar menutup diri dari segala interaksi. Itu pelajaran pertama.
Pelajaran kedua, sejarah menunjukan bahwa perlindungan nyata berasal dari berbagai informasi ilmiah yang dapat diandalkan dan ini dapat memicu solidaritas global. Ketika satu negara dilanda epidemi, ia harus berbagi informasi tentang wabah tanpa takut akan bencana ekonomi. Sementara negara lain harus memercayai informasi itu dan harus memberikan bantuan ketimbang mengucilkan orang lain.
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR