Nationalgeographic.co.id - Menurut data terbaru, badak hitam Afrika yang terancam punah secara perlahan populasinya mulai meningkat. Ini memberikan harapan bagi para ahli konservasi, khususnya di Afrika Selatan.
Badak hitam memainkan peran penting dalam ekosistem di Afrika Selatan. Ia juga menjadi sumber pendapatan melalui ekowisata. Antara 2012 hingga 2018, populasi badak hitam (Diceros bicornis) telah meningkat sekitar 2,5 persen. Yang awalnya hanya 4.800 di alam liar, sekarang menjadi lebih dari 5.600 ekor. Data ini berasal dari International Union for Conservation of Nature (ICUN) Red List of Endangered Species. Para ahli mengatakan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh strategi penegakan hukum dan manajemen populasi yang baik.
Baca Juga: Populasi Badak Sumatra Semakin Menurun, Ini Faktor Penyebabnya
Dilansir dari IFL Science, Direktur jenderal IUCN, Grethel Aguilar, mengatakan bahwa pemulihan populasi badak hitam merupakan bukti dari upaya besar yang dilakukan di negara-negara tempat spesies itu hidup. Upaya ini menjadi sebuah pengingat yang kuat bagi komunitas global bahwa konservasi bisa berhasil.
Menurut World Wildlife Fund (WWF), sebagian besar badak terancam oleh aktivitas manusia seperti perburuan dan kerusuhan sipil. Secara khusus, badak hitam memiliki dua tanduk, yang menjadi target menguntungkan bagi perdagangan cula ilegal.
Baca Juga: Dua Spesies Baru Hiu Gergaji Ditemukan di Perairan Afrika Timur
Manajer Senior Program Satwa Liar WWF Afrika Selatan, Jo Shaw, mengatakan bahwa upaya penegakan hukum saja tidak dapat mengatasi masalah sosial dan ekonomi yang kompleks di balik ancaman jangka panjang terhadap badak. Yang diperlukan adalah komitmen terhadap pendekatan holistik yang mempertimbangkan sikap, peluang, dan keselamatan orang yang tinggal di sekitar kawasan lindung.
IUCN menyimpulkan bahwa masih perlu jalan panjang menuju pemulihan, dan sebagian besar bergantung pada upaya konservasi yang berkelanjutan.
Rahasia Mengontrol Populasi Nyamuk: Aedes aegypti Jantan Tuli Tidak Bisa Kawin!
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Aditya Driantama H |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR