Nationalgeographic.co.id - Zoonosis adalah jenis penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia. Hampir 16 persen dari semua kematian di seluruh dunia dapat dikaitkan dengan penyakit menular. Dan menurut Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat, 60 persen penyakit menular merupakan zoonosis.
Dilansir dari laman National Geographic, zoonosis dapat ditularkan dalam berbagai cara, termasuk gigitan binatang dan serangga, mengelus atau menangani hewan yang sakit, mengonsumsi daging kurang matang, susu yang tidak dipasteurisasi, serta dari air yang terkontaminasi.
Dari sanalah jenis-jenis patogen dapat ditularkan oleh hewan ke manusia termasuk bakteri, parasit, jamur, dan virus.
Beberapa penyakit zoonosis relatif tidak berbahaya. Namun, ada juga yang mematikan seperti COVID-19 yang sampai saat ini menelan puluhan ribu korban jiwa di seluruh dunia.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Mikrob yang Bisa Mengurai Sampah Plastik, Seperti Apa?
Teori tentang asal-usul virus corona dijelaskan oleh peneliti dalam dua skenario pada publikasi Nature Medicine. Pertama, bahwa virus membuat lompatan dari hewan (kelelawar) ke manusia di pasar satwa liar Wuhan, Cina pada akhir 2019. Skenario ini bernama seleksi alam pada inang hewan sebelum transfer zoonosis.
Kedua ialah peristiwa zoonosis dari genom leluhur yang mirip COVID-19 dan beradaptasi secara tidak terdeteksi. Menghasilkan penularan dari manusia ke manusia selama periode yang panjang. Kasus ini seperti penularan MERS-CoV dari unta dromedaris sebagai inang perantara ke manusia. Skenario ini bernama seleksi alam pada manusia mengikuti transfer zoonosis.
Sementara itu, penelitian OXFORD Academic mengatakan bahwa leluhur virus corona berasal dari keluarga Coronaviridaem sub famili Coronovirinae.
Diantara empat genus yang termasuk subfamili ini, hanya Alphacoronavirus dan Betacoronavirus yang menarik bagi virologi klinis dan manusia. Inang natural dari keduanya ialah kelelawar dan menularkan virus seperti HCoV-NL63, HCoV-229E, SARS-CoV, dan MERS-CoV .
Keragaman genom yang tinggi antara COVID-19 dengan leluhurnya dapat meningkatkan resiko penularan antarspesies. Munculnya COVID-19 menyoroti pentingnya kelelawar sebagai reservoir bagi virus baru yang mampu menginfeksi manusia.
Namun, hal itu juga berfungsi untuk merancang studi dan strategi guna mencegah munculnya agen zoonosis baru di masa depan.
Maka itu, pentingnya meningkatkan upaya & pemahaman lebih terkait karakterisasi virome hewan yang berbeda, untuk mempelajari virus dan adaptasi terhadap inang alaminya (kelelawar).
Source | : | www.cdc.gov,National Geographic,Journal of Nature Medicine,Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat,OXFORD Academic |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR