Nationalgeographic.co.id - Para peneliti dari Carnegie Mellon University sedang mengembangkan sistem analisis suara dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk mendiagnosis COVID-19.
AINEWS mengungkapkan bahwa pada sekarang ini, pemerintah di seluruh dunia sedang berlomba mendapatkan peralatan pengujian yang cukup dan efektif untuk mendiagnosis COVID-19.
Jika penelitian ini berhasil, maka tes dapat dilakukan di rumah secara instan. Meskipun tidak seakurat tes darah dan swab, tapi ini dapat membantu sumber daya medis yang terbatas dan meminimalisir biaya.
Baca Juga: Konferensi Daring dan Video Call Menggunakan Aplikasi Zoom, Amankah?
Benjamin Striner, peneliti yang mengerjakan proyek ini, mengatakan bahwa banyak kompetisi diagnosis COVID-19, tapi tidak ada yang semurah diagnosis melalui suara.
"Ada beberapa yang cukup bagus yang sangat murah dan akurat. Meski begitu tidak ada yang semurah dan semudah ketika kita berbicara melalui telepon," ucap Striner dilansir dari laman AINEWS (01/04/2020).
Virus corona diketahui menyerang pernafasan. Oleh sebab itu, ia memengaruhi pola pernafasan dan parameter vital lainya.
Sistem AI ini mencoba menganalisis suara seseorang dan memberikan skor kemungkinan apakah individu memiliki corona, berdasarkan gejala yang diamati.
Saat ini, para peneliti meminta orang sehat dan terinfeksi untuk berbagi rekaman suara mereka untuk membantu meningkatkan algoritma.
Proses ini memakan waktu lima menit dan memerlukan tujuh langkah sebagai berikut.
Menurut peneliti, aplikasi ini masih dalam tahap awal dan belum disetujui oleh lembaga seperti FDA atau CDC. Itu juga tidak boleh digunakan sebagai pengganti tes pemeriksaan medis yang tepat jika pengguna khawatir memiliki COVID-19.
Di sisi lain, metode dan alat baru pendeteksi virus corona berbasis AI tanpa tes darah dan swab telah diterapkan di Tiongkok. Kelangkaan tes COVID-19 dialami banyak negara di dunia. Tes melalui swab memang memilii tingkat akurasi yang tinggi namun memerlukan uji coba laboratorium untuk mengetahui hasilnya
Oleh karena itu, Komisi Kesehatan Hubei di Tiongkok mengklaim tidak lagi mengandalkan tes darah untuk mendeteksi COVID-19 yang hasilnya memakan waktu berhari-hari.
Mereka menggunakan pindai CT (Computed Tomography) guna melihat secara langsung organ pasien yang diduga terjangkit COVID-19. Seperti yang dijelaskan dalam halaman CNN Indonesia.
Alat tersebut diproduksi dengan nama pasar Axial AI (uAI Dsicover PNA) yang dikembangkan oleh Shangai Research Center for Brain Science and Brain-Inspired Intelligence bersama China Academic of Sciences, Neurobionix, dan Skymind Laboratory of Neurobionix Research.
Baca Juga: Harimau di AS Positif COVID-19, Kasus Pertama Pada Satwa Liar
Axial AI dapat secara otomatis menganalisis hasil foto CT scan dalam waktu 10 detik dengan akurasi lebih dari 90 persen. Bahkan rumah sakit khusus COVID-19 di Wuhan, yakni Huo Shen Shan dan Lei Shen Shan Hospital, telah menggunakan alat ini dengan tingkat kesuksesan yang tinggi.
Alat itu bentuknya lebih kecil dari CPU dilengkapi dengan monitor dan dipasang pada pindai CT untuk memindai paru-paru pasien. Melalui kecanggihan AI, akan diketahui hasil dari pola-pola yang terekam pada paru-paru dan ginjal pasien COVID-19 yang umumnya terganggu.
Pada waktu singkat, Axial AI dapat memberikan kesimpulan apakah kondisi pasien membaik atau memburuk sehingga memungkinkan pasien mendapatkan penanganan lebih dini dan konsisten.
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Source | : | CNN Indonesia,AINEWS |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR