Kami merekomendasikan beberapa upaya untuk mendorong kegiatan pemilahan masyarakat di perkotaan :
1) Menghubungkan sistem TPS-3R hingga ke tingkat rumah tangga.
Hal ini bisa dilakukan dengan misalnya memberikan bantuan atau subsidi (baik secara penuh atau parsial) tempat pilah sampah di tingkat rumah tangga, bantuan gerobak dengan pengumpulan terpisah (organik dan anorganik) dari rumah tangga ke TPS-3R, dan pengadaan moda pengangkutan terpisah dari TPS-3R ke industri daur ulang.
2) Penguatan ketrampilan dan pengetahuan para operator TPS-3R dan bank sampah, tidak sekadar memberikan bantuan fasilitas atau peralatan.
Pemerintah kota perlu berkomitmen untuk pendampingan yang lebih lama sehingga TPS-3R dan bank sampah bisa mandiri dan beroperasi dengan benar. Misalnya, pemerintah kota bisa mempekerjakan tenaga pendamping lapangan untuk kegiatan daur ulang.
3) Rekrut tenaga pria
Pengelolaan sampah rumah tangga didominasi oleh perempuan. Ini terjadi karena konstruksi budaya yang menempatkan sampah rumah tangga sebagai urusan perempuan.
Hal ini mengakibatkan banyak pekerjaan seperti pengepakan, penyimpanan, dan pengangkutan terabaikan.
Baca Juga: Meniru Gaya Hidup Nol Sampah Tanpa Menggurui Ala Maurilla Imron
4) Menggabungkan TPS-3R dengan bank sampah apabila diperlukan. Ini dimaksudkan agar tidak muncul rasa kompetisi antara kedua program di satu daerah dan menumbuhkan bisnis sampah yang sehat.
5) Mengintegrasikan bank sampah dengan sektor informal, yaitu pengepul kecil hingga besar, sebagai para pemain dalam bisnis daur ulang.
Contohnya, membangun jejaring seperti banksampah.id yang bisa memotong mata rantai produksi dan memperkuat nilai tawar bank sampah.
Kerjasama ini sangat memungkinkan karena pengepul juga kesulitan untuk memenuhi bahan baku industri daur ulang dan biasa mengambil dari kota lain.
Penulis: Rukuh Setiadi, Senior Lecturer in Urban and Regional Planning, Universitas Diponegoro
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR