Anehnya, catat Parlett, tidak ada kepingan Mehen yang diketahui bertahan hingga hari ini. Papan ini termasuk yang sulit ditemukan. Dengan ini, bertambahlah satu lagi permainan yang misterius.
Papan Morris
Pada musim gugur 2018, penggalian di benteng Rusia Vyborg mengungkap papan permainan abad pertengahan yang terukir di permukaan batu bata tanah liat. Permainan yang pertama kali dimainkan pada 1400 SM, ketika pekerja Mesir tengah membangun Kuil Kurna.
Sebanding dengan catur modern, papan morris mengarahkan pasukan mereka ke arah lawan melintasi lapangan seperti grid.
Permainan ini juga digali di Yunani, Norwegia, Irlandia, Prancis, Jerman, Inggris dan negara-negara lain di seluruh dunia. Permainan ini sangat populer di Eropa abad pertengahan dan bahkan disebut-sebut dalam karya Shakespeare A Midsummer Night's Dream.
Ludus Latrunculorum
Ludus Latrunculorum atau Latrunculi adalah permainan strategi dua pemain yang dirancang untuk menguji kecakapan militer pemainya. Dimainkan di kisi-kisi dengan ukuran yang berbeda-beda—contoh terbesar yang diketahui adalah kuadrat 17 atau 18—yang disebut “Game of Mercenaries” kemungkinan merupakan varian dari game kuno Yunani Petteia.
Baca Juga: Peradaban Misterius di Gurun Amerika Serikat. Siapakah Pembuatnya?
Penyebutan Ludus Latrunculorum pertama kali berasal dari abad pertama sebelum Masehi, ketika penulis Romawi Varro menggambarkan kaca berwarna atau potongan-potongan batu berharga yang dimainkan.
Meskipun berulang dalam bukti tertulis dan arkeologis, aturan yang tepat Ludus Latrunculorum tetap tidak jelas. Berbagai cendekiawan pun telah mengusulkan potensi rekonstruksi permainan selama 130 tahun terakhir.
Namun yang paling komprehensif adalah esai Ulrich Schädler 1994, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 2001, yang menyarankan para pemain memindahkan token ke depan, ke belakang dan ke samping dengan harapan mengepung bagian musuh yang terisolasi.Token yang diambil kemudian dikeluarkan dari papan.
Source | : | Smithsonian |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR