Nationalgeographic.co.id - Kala bermain pertunjukan wayang orang, H.O.S. Tjokroamitono kerap memerankan tokoh kerah putih Hanoman.
Ia begitu menggemari kera putih itu karena bisa memuntahkan isi jiwanya dalam menghadapi perjuangan bangsa. Hal ini disampaikan oleh Amelz dalam buku H.O.S Tjokroaminoto, Hidup dan Perjuangannya.
Hanoman merupakan tokoh dari kisah Ramayana yang mengalahkan tentara Damasuka, yang dianalogikan oleh Tjokroaminoto sebagai penjajah. Oleh sebab itu, Hanoman sangat relevan dengan semangat perjuanganya. Selain sebagai penjajah, Damasuka juga diartikan olehnya sebagai kapitalis yang harus dihancurkan.
"Bagi ayah, pertarungan ini merupakan lambang dari perjuangan beliau dan rakyat Indonesia dalam menghancurkan penjajah yang bersifat angkara murka, kapitalistik dan imperialistis itu," tulis Harsono Tjokroaminoto dalam buku Menelusuri Jejak Ayahku.
Baca Juga: Konser Online, Panggung Baru Bagi Para Seniman di Era Pandemi
H.O.S Tjokroaminoto dikenal gemar berkesenian Jawa. Pada 1907 setelah pindah ke Surabaya dan bekerja di firma Kooy & Co, Tjokro terus membawa pertunjukan wayang orang.
Bahkan, ia juga sering membawa anak dan para pelajar yang mondok di rumahnya untuk berlatih kesenian wayang orang.
"Kalau saya tidak salah ingat, ketika saya masih berusia sekitar 5-6 tahun, di Surabaya, ayah bersama-sama para pelajar yang mondok di rumah, secara teratur entah seminggu sekali atau seminggu dua kali, mengadakan latihan tari-tarian wayang bertempat di Taman Seni Panti Harsoyo. Sekarang barangkali taman ini telah berubah menjadi hotel," catat Harsono.
Kecintaanya pada wayang orang memang terbangun cukup lama. Hartono Kasmadi pada Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah mengatakan bahwa saat Tjokroaminoto selesai menjadi juru tulis patih di Dinas Pamongpraja pada 1905, ia bergabung pada suatu pertunjukan wayang orang.
Baca Juga: Mengenal Zoroastrianisme, Agama Monoteistik Pertama di Dunia
Berbicara mengenai wayang orang, National Geographic Indonesia akan menggelar Wayang Orang Daring Pertama di Indonesia bertajuk "SIRNANING PAGEBLUG" yang dalam bahasa Indonesia bermakna “Hilangnya Pandemi”. Acara ini akan diselenggarakan pada Sabtu 27 Juni 2020, pukul 19.30-20.30.
National Geographic Indonesia dan para seniman wayang orang mencoba mencari solusi untuk pentas kesenian pada tatanan “kenormalan baru”.
Selama pagebluk, gedung pertunjukan mereka ditutup. Aktivitas pertunjukan tiap malam pun tidak bisa mereka pentaskan. Melihat kondisi tersebut, National Geographic Indonesia dan seniman wayang orang Bharata bersama Pertamina sebagai mitra dalam program pelestarian budaya, mendorong supaya kesenian ini tetap lestari.
Pertunjukan ini ditayangkan langsung via ZOOM yang dipentaskan dari masing-masing rumah seniman wayang orang. Pentas pertunjukan ini sekaligus menggerakkan empati warga untuk kepedulian kepada seni dan seniman pada masa pagebluk. Apapun yang terjadi kepada kita pada saat ini, kehidupan berkesenian dan berkebudayaan harus tetap berjalan dan diperjuangkan.
Jika ingin turut membantu para seniman wayang orang, Sahabat dapat berpartisipasi dalam pementasan ini dan ikut berdonasi setulus hati melalui BCA 5230316009 a/n Paguyuban Seniman Wayang Orang Bharata. Hasil donasi dari pementasan akan diberikan pada para seniman wayang orang yang aktivitasnya terhenti selama pagebluk COVID-19.
Silakan, Sahabat mendaftar via bit.ly/NGI_wayangorang untuk menyaksikan pertunjukan bersejarah ini.
Source | : | Buku H.O.S Tjokroaminoto, Hidup dan Perjuangannya.,Buku Menulusuri Jejak Ayahku,Buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR