Nationalgeographic.co.id – Sebuah data yang baru dipublikasikan menunjukkan bahwa kualitas udara yang buruk “memberikan ancaman besar bagi kesehatan manusia”. Polusi udara dapat memotong angka harapan hidup setiap pria, wanita, dan anak-anak di dunia hingga dua tahun.
Air Quality Life Index (AQLI) mengungkapkan, ketika dunia berlomba-lomba membuat vaksin COVID-19, pencemaran udara terus membuat miliaran orang di dunia menjadi sakit dan memperpendek umur mereka. Indeks menunjukkan, polusi udara ini sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil.
Diketahui bahwa meskipun ada pengurangan materi partikulat di Tiongkok—salah satu negara paling berpolusi di dunia—tapi angka pencemaran udara tetap stabil selama dua dekade terakhir.
Baca Juga: Data Terbaru: Tiga Miliar Hewan Terdampak Kebakaran Hutan Australia
Pemimpin studi mengatakan, kualitas udara buruk yang dihirup manusia, memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih tinggi dari COVID-19.
“Meskipun ancaman virus corona sangat serius dan memerlukan perhatian lebih, tapi perlu juga menangani polusi udara agar miliaran orang tetap sehat dan bisa hidup lebih lama,” kata Michael Greenstone, pencipta AQLI.
Hampir seperempat populasi global tinggal di empat negara Asia Selatan yang paling tercemar, yaitu Bangladesh, India, Nepal dan Pakistan.
AQLI menemukan fakta bahwa umur mereka bisa terpotong hingga lima tahun, setelah terpapar tingkat polusi yang 44% lebih tinggi dari 20 tahun lalu.
Baca Juga: Sering Marah? Emosi Negatif Dapat Mengganggu Sistem Kekebalan Tubuh
Tidak hanya itu, polusi udara juga “sangat memprihatinkan” di Asia Tenggara, di mana kebakaran hutan, kemacetan, dan pencemaran dari pabrik, bersatu untuk menciptakan udara beracun.
Sekitar 89% dari 650 juta penduduk di sana, menempati area di mana angka polusi udara melebihi batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Greenstone meminta para pemimpin dunia untuk memprioritaskan masalah kualitas udara setelah pandemi. “Salah satu solusi untuk menangani polusi adalah kebijakan publik yang kuat,” pungkasnya.
Source | : | AFP |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR