Nationalgeographic.id – Empat orang anak berbalut baju kuning keemasan menaiki panggung pertunjukkan. Kemudian keempatnya mulai menari mengikuti alunan gamelan dan ritme kendang.
Kehadiran mereka kemudian digantikan dengan penari berusia remaja. Denting gamelan, berpadu dengan suara kendang yang ritmis semakin menggema. Kemudian hadirlah sang pemeran utama, Aerli Rasinah.
Ia mengambil alih panggung pertunjukkan. Tariannya begitu menghipnotis. Perubahan karakternya di setiap babak begitu mulus dan apik.
Sore itu Aerli menarikan lakon “Mimi Rasinah Balik Maning” yang menceritakan kisah transformasinya dari seorang gadis kecil pemalu menjadi penerus maestro Tari Topeng kenamaan, Mimi Rasinah.
Baca Juga: Bepergian Jauh Lebih Nyaman dengan Mobil Besar, Mitos atau Fakta?
Setiap babak menceritakan fase hidup Aerli dan kejadian yang membekas di dirinya hingga kini. Aerli kecil pernah mengalami sebuah kecelakaan fatal saat pertunjukkan yang membuat sekujur tubuhnya terbakar.
Aerli sempat koma dan mengalami trauma berat. Ia pun menjadi minder karena sekujur tubuhnya dipenuhi luka bakar. Namun, Aerli berhasil bangkit berkat bimbingan Mimi Rasinah.
Gemblengan Mimi Rasinah saat mengajarinya menari membekas di hatinya. Akhirnya, Aerli pun menjadikan Tari Topeng sebagai pendorong kepercayaan dirinya.
Kini, semburat ciri tarian dan jiwa Mimi Rasinah menjelma dalam diri Aerli yang meneruskan perjuangan melestarikan Tari Topeng. keindahan gerak dan makna yang baru saja disampaikan Aerli banjir pujian.
Baca Juga: Peran Kita Mengatasi Permasalahan Sampah Puntung
Padahal, pertunjukkan yang disuguhkan Aerli bersama sanggar tarinya Minggu (15/11/2020) tersebut tidak diselenggarakan langsung di hadapan penggemar seni budaya, melainkan secara virtual melalui layar gadget,
Meski demikian keindahan Tari Topeng yang dilakoni Aerli dan kedalaman makna ceritanya tidak hilang. Bahkan, Roh Mimi Rasinah, nenek Aerli yang adalah maestro Tari Topeng, seakan kembali hidup melalui layar ponsel dan laptop.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR