Baca Juga: Perjalanan Tari Topeng Mimi Rasinah, Melintasi Zaman hingga Menghadapi Tantangan Pandemi
Berkah pemanfaatan teknologi
Sebelum pagebluk, sanggar tari Mimi Rasinah kerap mengunjungi sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan agar generasi muda dapat memiliki ketertarikan terhadap budaya lokal.
Namun, Aerli mengakui, perbedaan zaman yang kontras, membuat upaya pengenalan Tari Topeng mengalami banyak hambatan. Minat anak muda yang serba instan, membuat Aerli harus putar otak agar penyampaian Tari Topeng tetap menarik.
Pembelajaran pun akhirnya diberikan secara intensif namun dengan durasi yang singkat. Kalimat pengulangan yang dulu kerap dijadikan sebagai dialog, kini mulai dikurangi.
“Tari topeng aslinya satu jam atau lebih, tapi akhirnya kita persingkat menjadi setengah jam lebih beberapa menit. Memadatkan. Jadi dari sini kita mendapat metode pembelajaran baru. Semua bisa belajar,” lanjut Aerli.
Baca Juga: Meski Kecil, Sampah Puntung Tak Bisa Disepelekan
Kehadiran pandemi menambah bahan pemikiran bagi Aerli. Sebab, kegiatan yang melibatkan banyak orang dan kontak fisik tidak bisa dilakukan. Teknologi yang dikenalkan melalui kerja sama PT Pertamina (Persero) dan National Geographic ini memberi berkah tersendiri bagi Aerli dan Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah.
Sejak didapuk sebagai salah satu pementas dalam rangkaian program pertunjukkan daring, Sanggar Tari Mimi Rasinah pun mulai giat mengolah teknologi dan memanfaatkannya untuk melakukan latihan jarak jauh.
Keterlibatan saat mempersiapkan berbagai agenda kegiatan daring memberdayaka Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah untuk melakukan pelatihan atau workshop Tari Topeng secara daring.
“Saya tidak ingin tari topeng cuma turun temurun di garis keturunan Mimi Rasinah, tapi juga dibudayakan oleh anak muda lainnya. Jangan sampai ilmu berhenti di saya atau keluarga saja,” imbuh Aerli.
Baca Juga: Upaya Seniman Tari dan Wayang Orang Memanfaatkan Teknologi untuk Bertahan di Tengah Pagebluk
Pelestarian seni budaya lewat teknologi
Terobosan penggunaan teknologi tidak akan berhenti sampai di sini. VP Legal & Relation PT Pertamina EP (Persero) Cholid, menyebut pelestarian budaya merupakan bagian dari CSR yang sering digalakkan.
“Program lain dalam pelestarian budaya yang Pertamina EP telah lakukan, juga diantaranya Tarian Gayo Tampur Paloh dan di Rantau, Aceh,” ujar Cholid.
Senada, Manager CSR PT Pertamina (Persero) Dian Hapsari menyebut, beberapa kegiatan CSR PT Pertamina melalui penggunaan teknologi juga sempat dilakukan sebelumnya melalui kegiatan serupa.
Salah satunya diwujudkan melalui pementasan tari oleh komunitas Kolok Bengkala, Wayang Orang Bharata, serta workshop yang semuanya dilakukan secara virtual.
Baca Juga: Kisah Para Seniman Wayang Orang Lestarikan Kesenian Adiluhung di Era Digital
Cholid juga berharap, kegiatan ini tidak hanya dapat mendukung keberadaan budaya lokal, tetapi juga memicu partisipasi aktif para generasi muda.
“Pertamina merupakan BUMN yang memiliki komitmen kuat untuk terus berperan aktif melestarikan budaya lokal untuk terus bergerak maju. Diharapkan generasi muda dapat memahami nilai-nilai warisan budaya,” tutup Cholid.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR