Meski begitu, terdapat hal unik di balik perubahan namanya. Konon, asal usul nama “Penyengat” tercetus akibat adanya sekawanan tawon yang kerap menyengat para pelaut ketika mengambil perbekalan air dari sumur air tawar yang ada di pulau ini.
Di pulau ini juga, tersimpan berbagai warisan literasi sekaligus pusat kebudayaan dan kajian Melayu Islam ternama di dunia. Bahkan, Pulau Penyengat dianggap sebagai pengikat budaya rumpun Melayu di tiga negara, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Pulau Penyengat adalah destinasi yang tepat bagi pejalan yang gemar menelusuri sejarah dan budaya. Destinasi pertama yang dapat disinggahi sesampainya di sini adalah Masjid Raya Sultan Riau.
Dibangun oleh Sultan Mahmud pada 1803, masjid ini pada awalnya merupakan bangunan yang dibuat untuk melengkapi infrastruktur kediaman sang istri - Raja Hamidah, putri dari Raja Haji Fisabilillah.
Namun, seiring berjalannya waktu dan jumlah jemaah, masjid kemudian dipugar oleh Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman pada 1832. Masjid ini memiliki dua lemari berkaligrafi yang menyimpan ratusan kitab dan buku Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi.
Pulau Penyengat juga memiliki sebuah perpustakaan berisi lebih dari 1.200 kitab dari mancanegara bernama Khutub Khanah. Didirikan pada 1886 oleh Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi, perpustakaan ini dibuat guna mendorong masyarakat untuk mempelajari banyak ilmu.
Seusainya, tonton pertunjukkan wayang cecak yang merupakan hasil perpaduan budaya Tionghoa dan Melayu. Kesenian wayang ini menggunakan boneka tangan sebagai pelakon utamanya.
Pentas dimainkan di “panggung” berupa kotak berukuran 2x3 meter sebagai lokasi pementasannya. Pagelaran wayang cecak pun dimainkan oleh seorang dalang dengan mengangkat cerita kehidupan.
Baca Juga: Simbol Perempuan di Kampung Tua Wologai
Bagaimana, sudah siap menjelajah? Saat menjelajah di tengah pandemi, pastikan untuk menerapkan protokol kesehatan. Jangan lupa menggunakan masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan (3M).
Terapkan pula prinsip Clean Health Safety Environment (CHSE) saat menaiki kendaraan umum menuju tempat wisata, berkuliner, hingga menjelajah agar kesehatan tetap terjaga.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR